OTODRIVER - Mengalami lelah saat mengemudi bukanlah kondisi yang datang tiba-tiba. Karena lelah merupakan akumulasi dari sejumlah kegiatan yang dijalani sebelumnya.
“Tiap orang bisa mengalami keadaan yang berbeda ketika mengalami kelelahan,” buka Jusri Pulubuhu, Trainer Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC). Hal itu berkaitan dengan usia, kondisi psikis, sampai kegiatan yang dilakukan sebelum mengemudi.
Diutarakan lagi oleh Jusri (24/12), gejala lelah saat mengemudi yang paling awal ditandai dengan rasa kantuk. Jika dibiarkan gejala itu akan menjadi lebih akut sehingga, salah satunya, akan mencetuskan keadaan dimana mata benar-benar terpejam sesaat alias microsleep.
“Mengantuk itu episode kedua dari microsleep, jadi turunannya adalah; pertama gejala mengantuk, kedua mengantuk itu sendiri, baru yang ketiga adalah microsleep. Microsleep itu sebenarnya letih yang berlebihan, ketika pengemudi mengantuk itu masih bisa disiasati tetapi jika terus menerus diabaikan ujungnya microsleep,” imbuh Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana.
Dihubungi langsung beberapa waktu lalu (29/11), Sony meyebutkan juga jika seorang pengemudi mengantuk maka semua organ tubuh ikut melemah. Dengan begitu faktor kecepatan, reaksi maupun respon ikut menurun,"Microsleep itu sebaliknya, tubuh tidak tidur tetapi otak yang tertidur.”
Menurutnya keduanya merupakan hasil dari upaya memaksakan diri, sehingga mengabaikan gejala awal soal kelelahan.
Hal yang sangat membahayakan, munculnya microsleep itu sendiri tidak terasa, oleh karena itu sangat disarankan jika sudah ada gejala mengantuk hendaknya berhenti mengemudi untuk beristirahat atau melakukan upaya penyegaran tubuh.
“Bisa saja ketika mengemudi baru berjalan satu jam datang rasa kantuk, kelelahan, karena banyak juga tidak disadari bahwa sejak berangkat dari rumah sudah seberapa banyak muncul distorsi di jalan yang harus dihadapi oleh pengemudi,” wanti Jusri.
Perhatikan kondisi sebelum mengemudi
Dijabarkan lagi oleh Jusri bahwa kurang istirahat sebelum mengemudi, kemudian menghadapi kemacetan sampai meresepon perilaku pengendara lain yang membuat rasa kesal,”Itu semua kemudian menumpuk dan kemudian memunculkan kelelahan.”
Kelelahan itu gejala-gejala awalnya ya mengantuk tadi. Oleh karena itu, respon yang paling mudah namun sangat aman tidak lain segera mencari lokasi parkir kemudian berusaha untuk istirahat secara efektif.
“Setidaknya bisa tidur selama satu jam sudah bisa membuat kondisi badan kembali bugar, bahkan ada juga yang bisa butuh waktu 15 sampai 30 menit. Tidur merupakan solusi paling ideal untuk memulihkan kondisi tubuh, bukan sekadar menghilangkan rasa kantuk,” jabar Jusri yang juga rutin memberikan pelatihan soal Defensive Driving itu.
Jika memaksakan diri mengemudi dalam kondisi lelah, dengan diawali mengabaikan rasa kantuk, dikhawatirkan akan berpotensi munculnya dua kondisi yang sama-sama bisa berakibat fatal.
Menurut Jusri lagi, dua kondisi itu, adalah microsleep,”…kemudian deep fatigue dimana pengemudi seperti tidak bisa bereaksi yang seharusnya saat harus mersepon kondisi tertentu di sekitar kendaraannya. Kejadian tabrak belakang karena tidak bisa memperkirakan jarak antar kendaraan dengan kecepatan mobil yang dikemudikannya itu bentuk akhir dari kelelahan yang bersifat fatal.”
Bagi Sony maupun Jusri menampik efektivitas mengonsumsi minuman seperti kopi ataupun suplemen lain yang sering dianggap bisa mengusir rasa kantuk. “Mungkin kantuknya boleh hilang tapi lelahnya tidak bisa begitu saja pergi,” saran Jusri.
“Mengantuk itu salah satunya akibat kurangnya supply oksigen ke otak, bentuk akumulasi kelelahan dari kondisi sebelumnya, jadi menanggulanginya harus dengan me-refresh otot, otak dan syaraf, atau sekalian istirahat tidur,” ujar Sony mengingatkan lagi.
Sony juga sangat menyarankan untuk istirahat sejenak setelah mengemudi, maksimal, selama tiga jam nonstop. Terlebih yang melaju di jalur tol yang monoton.
Perlu diingat, mencegah kantuk itu bukan tindakan menghilangkan kantuk maupun lelah. Karena itu memilih beristirahat sementara waktu di sela perjalanan adalah keputusan yang paling bijaksana. (EW)