OTODRIVER – Jalan tol merupakan area yang favorit dimanfaatkan pengendara dalam kesempatan di peak season seperti akhir tahun ini. Namun di sisi lain, jalan tol juga berpotensi meningkatkan kelelahan dalam berkendara.
Kali ini Kepala Korlantas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol. Aan Suhanan, mengungkapkan tiga titik lelah yang berada di sepanjang tol Trans Jawa guna diantisipasi menjelang masa libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).
“Titik lelah itu ada di tol ruas delapan Batang-Semarang, Solo-Ngawi di KM 543, dan Ngawi-Surabaya,” jelas Irjen Aan di Jakarta beberapa waktu lalu (16/12).
“Sudah dipasang juga counting di sana, yang menunjukkan bahwa lokasi ini sudah padat atau ini masih ada sisa dua kendaraan dan seterusnya. Kita terus perbaiki rest area,” ujarnya lagi.
Diungkapkan pula olehnya, perlu diwaspadai juga adanya 700 titik rawan kecelakaan maupun kemacetan yang sebagian besar berada di pulau Jawa. Termasuk juga jalan yang berada di area rawan bencana.
“Di tol itu ada di 158 kalau tidak salah. Itu sudah (diidentifikasi, red.), namun itu hanya genangan saja. Untuk longsor kemarin, kita rapat koordinasi dengan BPJT (Badan Pengelola Jalan Tol) dan Bina Marga. Itu sudah dilakukan mitigasi di lokasi yang potensial terjadi bencana longsor,” ucapnya.
Mengapa perlu istirahat di perjalanan jauh?
Upaya pemetaan wilayah rawan kecelakaan akibat kelelahan mengemudi di ruas tol Trans Jawa tidak lain sebagai pencegahan dini atas kemungkinan terjadinya kecelakaan itu sendiri.
“Karena jangan lupa, kelelahan atau fatigue itu bukan baru muncul, contoh, ketika mobil baru masuk jalan tol,” wanti Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
Dijabarkan lebih lanjut oleh Jusri, kelelahan dalam mengemudi itu sudah muncul sejak kendaraan memulai perjalananan. “Distorsi di jalan seperti kemacetan, ada bencana seperti banjir, kondisi jalan yang rusak, sampai perilaku pengendara lain itu sudah cukup jadi awal dimulainya kondisi kelelahan.”
Anggapan tentang perlunya istrirahat mengemudi setiap tiga jam ketika melakukan perjalanan jauh baik di jalur tol maupun arteri diingatkan lagi oleh Jusri sebagai sebuah ‘teori ideal’.
“Itu sebagai panduan ideal, karena kalau kondisi yang dihadapi pengemudi sebelumnya sudah akut maka seharusnya periode istrirahat dalam mengemudi sudah perlu dilakukan dalam rentang 30 menit sampai satu jam setelah masuk jalan tol misalnya.”
Diingatkan kembali bahwa kelelahan atau fatigue yang dibiarkan akan sulit disadari untuk berubah bentuk sebagai microsleep misalnya.
“Padahal microsleep, menurut saya itu, itu bentuk faitgue yang ringan. Perlu diketahui bahwa mengemudi di jalan tol itu monoton, kelelahan itu memicu pikiran jadi ‘kosong’ yang justru berbahaya karena terjadi penurunan tingkat konsenterasi yang kemudian wujudnya seperti lamban bereraksi ketika ada kejadian mendadak di sekitar kendaraan yang kita kemudikan,” urainya panjang lebar. (EW)