Mobil listrik yang tengah dicanangkan untuk bisa eksis di Indonesia sebagai penyelamat lingkungan terdiri dari beberapa jenis. Mulai dari hybrid, PHEV, FCEV sampai yang murni listrik tanpa adanya 'bantuan' bahan bakar fosil yakni BEV sepakat disebut mobil listrik.
Penyebutan jenis-jenis mobil listrik di atas sudah berurutan. Lantas apakah saat ini kita harus langsung loncat ke BEV? Yohanes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo menjawabnya.
Jadi, karena sudah punya rute yang terjadwal dan terukur maka sangat mudah jika angkutan umum menggunakan jenis propulsi full listrik. Kemudahan yang disebut di sini erat kaitannya dengan mekanisme pengisian daya.
Terbayang betapa kompleksnya jika masyarakat langsung digiring ke mobil full elektrik, bukan? Mengisi bensin saja saat ini kerap ditemui antrean, bagaimana saat mengisi ulang mobil listrik?
"Namun untuk penggunaan pribadi, mungkin bisa dari hybrid atau plug in hybrid lalu dilakukan paralel. Jadi tolong dilihat secara positif," sambung Nangoi.
Memang, saat ini sejumlah lembaga terkait sudah melakukan berbagai upaya riset dan pengembangan untuk menghadirkan fasilitas pengisian daya listrik untuk konsumsi umum. Namun tentunya hasilnya untuk dikonsumsi publik masih menunggu waktu.
Saat ini yang menjual mobil full elektrik di Indonesia baru ada dua, yakni BMW dengan i3 dan Tesla dengan Model 3 dan Model X. Merek terakhir bukanlah representasi APM yang menjualnya di tanah air, namun importir umum.