BUS-TRUCK - PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI) selaku APM dan perakit bus serta Mercedes-Benz sejatinya telah lama menyatakan siap menghadirkan kendaraan komersial bertenaga listrik.
Namun hingga kini, meski dikabarkan sudah melakukan serangkaian riset di lapangan, belum ada informasi definitif akan keberadaan kendaraan komersial bermesin non fosil itu.
Ditemui di sela kegiatan DCVI TechMasters 2025 pekan ini di kawasan Ciputat, Tangeran Selatan pekan ini (4/2), Naeem Hassim sebagai Presiden Direktur DCVI menjabarkan sejumlah hal yang menjadi alasan mengapa pihaknya belum juga mendatangkan serta mengoperasikan bus, maupun truk listrik ke Indonesia.
Ini merupakan kondisi di mana adanya status MFN dari Kementerian Perdagangan Indonesia itu akan mengenakan tarif bea masuk untuk barang impor yang masuk ke suatu negara dari negara lainnya.
Ditiadakannya pengenaan tarif itu hanya bisa terjadi jika ada perjanjian antar negara perihal tarif. Dalam hal ini, Jerman yang merupakan negara asal principal Daimler Trucks AG belum punya perjanjian atas hal itu dengan Indonesia.
Kembali oleh Naeem mengakui bahwa maraknya bus listrik asal Tiongkok karena ada skema ACAFTA atau ASEAN China Free Trade Agreement yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Cina maupun Indonesia.
Sejurus kemudian, pria yang pernah menjabat Head of Regional Center Africa, Daimler Truck Overseas (DTO) itu menjelaskan bahwa ada hal yang berbeda dalam penanganan kendaraan komersial tenaga listrik dibandingkan kendaraan pribadi tenaga listrik.
Ia memberi contoh soal ‘rute’ perjalanan yang akan dilewati berikut ketersediaan charging station-nya. “Ambil contoh, bus atau truk tenaga listrik menuju kota Medan, mungkin di area Jakarta dan juga di kota Medan tidak akan sulit menemui charging station. Namun bagaimana dengan keadaan di sepanjang perjalanan, apakah charging station di wilayah-wilayah di lintasi sudah sesuai dengan kebutuhan pengisian daya listrik untuk kendaraan komersial,” jabarnya serius.
Meski begitu, pria yang sudah bergabung dengan Mercedes-Benz selama tiga dekade itu meyakinkan bahwa pihaknya punya perhatian yang serius terhadap potensi pengoperasian kendaraan komersial bertenaga listrik di Indonesia.
“Namun saya mohon maaf kalau sampai saat ini kami masih terus mengkaji soal produk kendaraan komersial Daimler di Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: Ini Kategori Sasis Bus Mercy Di Pasar Indonesia
Baca juga: Truk Listrik Mercedes-Benz Akan Rilis Di Indonesia Tahun 2025?
Pabrik baru siap rakit semua model yang dipasarkan di Indonesia
Sejak proses pembangunan di Februari tahun 2024, pihak DCVI akan segera merilis perakitan barunya di kawasan Cikarang, Jawa Barat.
“Insyaallah, kami akan meresmikan pabrik baru itu setelah Lebaran nanti (31/3),” ucap Naeem menegaskan. Ia juga menyebutkan bahwa pabrik yang baru itu merupakan sebuah milestone bagi Daimler Trucks AG sendiri karena peruntukannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia.
“Pak Agus, (Gumiwang-Menteri Perindustrian, Red) sudah menyampaikan beberapa kali kepada kami bahwa pabrik baru itu juga harus bisa mendorong dilakukannya ekspor produk Daimler, setidaknya untuk wilayah regional sekitar Indonesia,” jabar pria yang telah berkecimpung di dunia otomotif sejak tahun 1991 itu.
Berkenaan dengan ‘target’ itu, pabrik yang berada di lahan seluas lebih dari 14 hektar itu juga akan jadi basis produksi sejumlah model truk dan sasis bus Mercedes-Benz. Dengan begitu pihak DCVI juga tengah bergiat melakukan persiapan untuk meningkatkan kandungan lokal atas model-model lain di luar Axor yang sudah bersertifikat TKDN.
Saat ini setidaknya sudah 7 model truk dan sasis bus yang sudah dirakit di Indonesia. Untuk selanjutnya pabrik baru tadi akan difokuskan untuk pengembangan produk sasis bus dan truk. Seiring dengan kapasitas terpasang yang mencapai 3.000-4.000 unit setahunnya. (EW)