Sungguh ironis ketika mengetahui sederet bus yang awalnya ditawarkan di pameran justru tak terlihat di jalanan sebagai armada transportasi massal. Lalu bus lower deck apa saja yang nasibnya berakhir di pameran?
Pertama ada Tata Starbus CNG. Bus asal India ini terbilang ramah lingkungan karena menggunakan bahan bakar gas. Bodi bus yang dipajang pada 2012 ini pun digarap karoseri kenamaan asal Brazil, Marcopolo. Sayangnya, tak ada kelanjutan nasib dari bus bermesin 5.883 cc yang dilengkapi transmisi otomatik Allison T270R ini.
Masih dari tahun 2012, di pameran yang sama, karoseri Laksana menampilkan bus lower deck bersasis Golden Dragon asal Tiongkok. Bus berbodi Cityline generasi pertama ini awalnya diproyeksikan menjadi armada bus kota. Namun hingga sekarang, bus ini tak pernah terlihat di jalanan ibukota.
Disamping big bus, ada juga varian lower deck dengan bodi medium. Ini yang coba ditampilkan oleh Hino dengan Poncho EV di GIIAS 2018 lalu. Bus ini sebelumnya sudah beroperasi di Jepang, yakni wilayah Sumida dan Hamura di Tokyo. Namun di Indonesia, Hino memang hanya memajang bus bertenaga listrik ini, tanpa ada keinginan untuk menjualnya secara umum. Bus ini mengandalkan baterai berdaya 30 kWh. Kapasitas jok Poncho EV hanya 11 orang sedangkan penumpang berdiri disediakan ruang yang cukup untuk 24 orang.
Terakhir, ada bus Volvo B8RLE yang tampil tahun lalu. Bus bermesin 8.000 cc ini belum pernah sekalipun hadir di jalanan, sebagai angkutan umum sekalipun. Padahal, speknya mumpuni. Karena selain dilengkapi transmisi ZF Ecolife otomatik, B8RLE memiliki fitur keselamatan berupa kontrol traksi, doorbrake interlock, indikator suhu rem hingga indikator keausan rem.