Melanjutkan artikel sebelumnya mengenai sejarah bus lower deck. Penggunaannya sempat terputus dari bus kota reguler yang berakhir setelah armada bus bekas Jepang makin jarang dan ditutupnya rute bus kota yang bersinggungan dengan Transjakarta.
Di tahun 2012, bus lower deck coba ditampilkan oleh perusahaan bus asal India, Tata dengan tipe Starbus CNG yang berbahan bakar gas. Lalu ada juga bus asal Cina, Golden Dragon yang bodinya digarap oleh karoseri Laksana.
Setahun berikutnya, produsen bus dan truk asal Jerman, MAN mencoba masuk ke segmen lower deck lewat tipe A69. Sayangnya, tak ada kelanjutan nasib dari produk yang banyak dipakai di Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia. Saat itu, wacana penggunaan bus lower deck di Indonesia memang masih jauh.
Bulan Oktober 2016, pemerintah DKI Jakarta meresmikan penggunaan bus lower deck dengan armada Scania K250UB dan Mercedes-Benz 1726. Harga satu unit bus lower deck sekitar Rp 2,3 miliar.
Meski sudah diisi oleh dua merek tersebut, namun banyak pabrikan lain yang berminat menjadi armada lower deck. Seperti bus listrik Mobil Anak Bangsa yang dikenalkan di tahun 2018. Bus ini kemudian diuji oleh Transjakarta. Pada tahun yang sama, bus mungil listrik Hino Poncho EV dipamerkan.
Pada bulan April 2018, kota Surabaya menyusul untuk mengoperasikan bus lower deck. Julukannya Suroboyo Bus. Hal yang menarik, justru sistem pembayarannya, yang ditebus dengan sampah botol plastik bekas.
Kemudian, pada tahun 2019, hadir Volvo B8R dalam sebuah pameran bus di Jakarta. Volvo sendiri sudah lebih dulu hadir dengan bus high deck B11R sebagai armada Transjakarta.
Masih di 2019, bus lower deck diuji di Semarang, Jawa Tengah. Nantinya bus tersebut akan digunakan oleh Trans Semarang. Tak lupa, ada bus tenaga listrik bermerek BYD juga mulai diujicoba. Transjakarta sendiri memiliki rencana pengadaan bus listrik lower deck mulai pertengahan 2020.