Tak sampai 10 menit yang disediakan bagi kami untuk menjajal bus listrik BYD yang tengah diujicoba oleh Transjakarta di Monas beberapa waktu lalu. Maklum saja, ujicoba yang berlangsung dari tanggal 24 Desember 2019 hingga 2 januari 2020 ini, rutenya sebatas parkiran IRTI menuju pintu utama Monas. Namun hal ini sudah cukup memberikan impresi singkat.
Kesan pertama sudah bisa dirasakan ketika melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam kabinnya. Sangat mudah karena tak memiliki anak tangga, seperti bus kota atau bus antarkota. Bus bertipe lower deck ini, dirancang memiliki lantai kabin yang setara dengan trotoar.
Pintu masuk hanya terdapat di depan dan penumpang diberikan tiket gratis oleh kondektur. Bus ini menyediakan 29 bangku. Dengan konfigurasi 12 seat di bagian bawah, 4 seat lipat prioritas dan 13 seat di bagian atas. Untuk duduk di bagian atas ini harus menaiki tangga yang ada di bagian belakang bus.
Soal kenyamanan tentu tak separah Metromini. Tak ada bunyi mesin berisik, aksi ugal-ugalan, ruang kabin panas tanpa AC dan sasis miring karena sesak penumpang di salah satu sisi saja.
Memang terasa sempit di ruang penumpang, namun hal ini seolah termaklumkan, karena terhibur oleh minimnya suara di dalam kabin, tentu karena bus ini bermotor listrik. Suara hanya hadir saat supir membunyikan klakson karena pejalan kaki di sekitar Monas yang tak menyadari ada bus listrik di belakangnya.
Selain itu, bus listrik ini juga mengaplikasikan suspensi udara yang empuk. Sehingga penggunaan jok plastik yang keras pun seolah terobati. Kondisi kabin pun tak bikin gerah, karena AC bus ini cukup dingin.
Saat kami keluar, melalui pintu yang lebar di bagian tengah. Hal ini tidak membuat penumpang berdesakan saat keluar dari bus.
Kesimpulannya, meski sudah baik, karena tak mengeluarkan polusi udara dan suara, tapi soal kenyamanan bus yang mampu menempuh jarak 250 km sekali pengecasan ini masih perllu ditingkatkan lagi. Minimal dengan mengganti jok dengan yang beralas empuk.