Honda Brio RS yang merupakan hatchback ekonomis non LCGC kini mendapat gempuran dari dua lawan barunya. Mulai dari Proton Iriz sampai Chevrolet Spark yang siap memalingkan konsumen dari Brio RS dengan berbagai fitur unggulannya, yang tentunya tak dimiliki Brio RS.
Sebut saja hill start assist, konektivitas Apple CarPlay hingga stability control.
Jonfis yakin bahwa mobil kecil sekelas Brio RS belum memerlukan fitur seperti hill assist dan stability control. "Kalau mobil kecil lebih perlu Eco Indicator, karena di kelas ini yang diutamakan adalah mesin yang kompak dan efisiensi bahan bakar," kilahnya.
"Saya tidak bilang produk saya paling benar, tapi ini semua kembali ke kebutuhan konsumen," tutup Jonfis. Seperti yang pernah kami bahas sebelumnya, di kelas low hatchback kurang dari Rp 200 juta, Brio RS punya lawan yang tak bisa dipandang sebelah mata secara teknis dan kelengkapan fitur.
Namun, nama besar Honda yang popularitasnya sebanding dengan layanan purna jualnya masih jadi keunggulan tersendiri. Jika demikian, konsumen pun mungkin akan tetap sulit berpaling dari Brio RS walau ia satu-satunya di kelasnya yang berstatus CBU dan punya produk kembaran LCGC (Honda Brio Satya). Selain itu Brio juga memiliki mesin 1.200 cc 4 silinder dengan tenaga 90 PS yang cukup potensial dan hemat.