OTODRIVER - Presiden Xi Jinping baru-baru ini menyampaikan beberapa pidato yang memperingatkan bahaya yang tengah mengancam industri otomotif China.
The Guardian melaporkan bahwa hal ini merupakan suatu kondisi di mana bisnis menginvestasikan uang dalam jumlah yang semakin besar dan mendapatkan hasil yang lebih sedikit. Xi merujuk pada ledakan di berbagai sektor, termasuk AI dan daya komputasi, namun Xi cukup mengkhawatirkan kondisi dalam industri otomotif Negeri Tirai Bambu tersebut.
Tak sedikit brand China yang memangkas harga yang sangat besar yang terseret dalam perang harga. Sehingga harga jualnya pun jadi sangat murah, terlebih dari sudut pandang kacamata Barat. Sebagai contoh EV subkompak dari BYD Seagull atau yang kita kenal sebagai Atto 1 harganya hanya ¥55.800 ($7.800) di Tiongkok. Sedangkan mobil yang sama yang dijual di Eropa, yang disebut Dolphin Surf, harganya setara dengan $26.000. Perbedaan besar ini disebabkan tarif impor mobil Tiongkok ke Eropa.
Walau langkah BYD nampak menguntungkan, namun pada kenyataannya brand China yang dijual ke luar terutama ke Eropa tidaklah banyak. Bisa dikatakan pabrikan sebagian besar brand Cina hanya memproduksi untuk dipasarkan di dalam negeri China.
Kondisi perang harga di China ini mengancam industri otomotif itu sendiri, terlebih tak sedikit pabrikan EV yang berusia sekitar 50 tahun tidak menghasilkan cukup keuntungan. Diperkirakan sebagian brand ‘senior’ itu akan menghilang dalam beberapa tahun mendatang.
Otoritas China pun mengusulkan amandemen undang-undang penetapan harga yang dapat membatasi kemampuan produsen mobil untuk menetapkan harga yang terlalu rendah.
BYD jadi salah satu brand yang dikritik oleh pejabat Tiongkok di mana mereka memproduksi mobil terlalu banyak. Bloomberg melaporkan bahwa investasi yang berlebihan telah menyebabkan kelebihan kapasitas dalam industri ini.
Perang banderol ini pun membuat beberapa pabrikan China hanya beroperasi pada utilisasi 2 persen atau malah kurang dari itu. (SS)
