Belum lama ini beredar foto yang viral di sosial media tentang pengukuran RON Pertalite yang berada di bawah standar RON yang semestinya. Dalam unggahan foto tersebut terpampang angka oktan dari Pertalite hanya 86 dari angka yang semestinya di 90.
Alat pengukuran untuk oktan bahan bakar minyak (BBM) yang dijual di pasaran ternyata tak bisa menjadi acuan, hal ini dikarenakan hanya mengukur sifat fisik kimia saja.
Penjelasan ini tertuang dari sebuah video yang diberikan oleh Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting. Dalam video tersebut menjelaskan mengungkap pengujian oktan dari alat standar internasional dan yang dijual di pasaran.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kalau alat yang dijual di pasaran atau portabel itu tidak terjadi pembakaran, sehingga tidak bisa dijadikan alat ukur yang menjadi acuan.
Lantas alat apa yang memang akurat untuk mengukur oktan di BBM? Tri menjelaskan alat tersebut yaitu Coordinating Fuel Research (CFR) yang digunakan Pertamina dan menjadi standar internasional.
"Dengan demikian, CFR bisa membuktikan ketahanan bahan bakar terhadap ngelitik (knocking) yang hasilnya bisa menjadi acuan, dan yang menggunakannya tidak sembarangan harus bersertifikat," tambahnya.
Untuk membuktikannya, Tri mengetes oktan dengan alat portabel dan CFR untuk BBM RON 98. Hasilnya, menggunakan alat portabel hanya mendapatkan hasil 87 dan menggunakan CFR 98,2.
"Konsep angka oktan itu merupakan bilangan yang menunjukkan ketahanan terhadap terjadinya knocking. Ibarat seperti manusia, oktan yang tinggi itu ibarat orang yang sabar, sedangkan oktan yang rendah adalah tempramental," paparnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, berbeda sebuah foto yang menguji BBM Pertalite (RON 90) dengan menggunakan alat portabel.
Hasilnya, angka yang keluar RON 86. Tentunya menjadi perbincangan hangat masyarakat di tengah melonjaknya harga BBM tersebut, bahkan banyak yang menilai jauh lebih boros.