Kasus kecelakaan di tol Cipularang, khususnya KM 100-90 dari Bandung ke Jakarta terus berulang. Rata-rata melibatkan kendaraan besar dengan alasan klasik. Rem blong! Seperti yang terjadi Jumat (16/1).
Dikutip dari Tagar.id, jalur penyelamat di tol Cipularang terbilang minim. Sejak dibangun pada 2005 hingga sekitar September 2019 saja baru ada satu jalur darurat yang berada di kilometer 17 jalur B (Bandung ke Jakarta).
Padahal secara kontur, di KM 100-90 ada beberapa titik rawan kecelakaan. Pasalnya tol Cipularang memiliki turunan curam, dengan kemiringan sekitar 20 derajat dengan tikungan tajam hingga sudut 70-80 derajat.
"Soal kejadian kecelakaan kontainer tersebut, kalau pun minim jalur penyelamat, supir truk harusnya 'membuang' truk ke area yang kosong. Seperti diarahkan ke selokan atau sisi kiri jalan tol, bukan memasukkannya ke dalam Rest Area yang padat. Itu tindakan aneh," ucapnya.
Mengenai rem blong yang kerap jadi alasan, tentu bisa diantisipasi. Seperti kondisi rem dicek sebelum truk dioperasikan. Mulai dari komponennya, termasuk memastikan kondisi angin dan air di tangki rem tetap optimal.
Hindari juga salah kaprah dalam memperlakukan peranti rem. Seperti rem panas yang langsung disiram air untuk pendinginannya. "Ini malah mempengaruhi komponen metalurginya. Bisa memuai dan bergelombang akibatnya kemampuan friksi rem berkurang." ucapnya. Setelah lolos pengecekan, rem wajib diuji sebelum berjalan, yang dites bukan hanya tractor head, tapi juga trailernya.
Bagi pengemudi, Jusri mewanti untuk jangan kebiasaan menetralkan transmisi di kondisi jalan menurun. "Kebiasaan yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi BBM ini adalah perilaku berbahaya dan tidak bertanggungjawab. Karena tanpa bantuan engine brake, beban kerja rem akan makin berat," katanya.