Dalam sepekan, dua kecelakaan melibatkan bus dan truk terjadi di Jawa Barat yang lokasinya nyaris berdekatan. Pertama di Rest Area KM 97 di tol Cipularang, Jumat (16/1), disusul tergulingnya bus pariwisata di Subang.
Di luar soal teknis seperti rem blong yang selalu jadi biang kecelakaan, ada sisi lain yang sebenarnya bisa jadi langkah antisipasi insiden. Salah satunya dengan membuat pelatihan, atau sekolah mengemudi pada supir kendaraan besar.
"Saat ini, legalitas pembuatan SIM di Indonesia hanya sebatas kebisaan, umur dan kesehatan. Tapi bukan berbasis pendidikan seperti di luar negeri," buka Jusri Pulubuhu, instruktur JDDC saat kami hubungi.
"Mereka bisa karena biasa. Sudah sering melihat kebiasaan supir yang diikuti. Sekadar copy-paste. Jadi bukan berdasarkan kompetensi pendidikan," urai pria berkacamata ini.
Lebih lanjut, dengan adanya pendidikan pengemudi, kompetensi dan ketertiban mengemudi akan terlihat berbeda. Seperti hilangnya perilaku yang bertentangan dengan keselamatan, seperti ugal-ugalan. Atau panik saat kendaraan tak terkendali.
Pelatihan pengemudi pun bisa dilakukan oleh berbagai stakeholder terkait kendaraan berat itu. Mulai dari pengusaha angkutan, pabrikan atau pemerintah. "Dengan adanya pendidikan pengemudi, ketertiban dan keselamatan di jalan bisa terwujud," katanya.