Sejak awal, Isuzu Indonesia sudah memprediksi potensi yang akan menghambat pertumbuhan pasar kendaraan niaga. Namun virus corona membawa efek kejut yang lebih besar. Hal ini membuat pabrikan asal Jepang tersebut menyiapkan strategi baru untuk bertahan.
Dalam rilis resminya, Ernando Demily, Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia menjelaskan bahwa dalam setiap bisnis pasti akan ada faktor – faktor yang menjadi disrupsi. Misalnya kebijakan Overload Over Dimension, persiapan implementasi Euro-4, bahan bakar B30 dan masuknya teknologi mobil listrik.
Sedangkan virus corona yang memiliki dampak luas di seluruh dunia membuat Isuzu Indonesia kini mengaplikasikan strategi baru. Termasuk Recession, Rebound dan Reimagine untuk menyokong strategi Reaction yang merupakan reaksi atas pasar.
Pada strategi Recession, Isuzu coba untuk mempersiapkan perencanaan biaya yang disiplin dan memantau performa dan kapabilitas dari seluruh ekosistem perusahaan seperti supplier dan customer. Serta melakukan peninjauan risiko di semua kondisi.
Lalu ada strategi Rebound dilakukan dengan cara pemetaan ulang segmen customer dan membuat strategi fokus untuk segmen tersebut. Juga melakukan perencanaan untuk membangun kesiapan supply chain dalam menghadapi kemungkinan rebound dan mengembangkan rencana operasional, organisasi, dan keuangan yang fleksibel.
Kemudian ada strategi Reimagine yang coba diterapkan Isuzu Indonesia. Strategi ini dilakukan dengan pendekatan cara kerja yang gesit, meningkatkan proses intelegensi pasar dan pengembangan semua lini. Serta utilisasi digitalisasi & partnership untuk meningkatkan ketahanan.
Isuzu pun yakin antara industri logistik dan otomotif kendaraan komersial memiliki kesempatan karena pada saat apapun, tetap ada kebutuhan logistik. Selama logistik berjalan maka kebutuhan akan kendaraan komersial masih ada.
#isuzu #isuzu-traga #isuzu-elf #isuzu-giga #bisnis-logistic-virus-corona