Baik mobil yang baru dibeli maupun sudah berstatus bekas pasti memiliki resale value alias harga jual kembali di pasaran. Tidak aneh kalau sebagian masyarakat akan memilih mobil yang memiliki resale value terbaik atau tingkat depresiasi yang rendah.
Seperti yang pernah diutarakan Bei Budiono, pengamat mobil bekas dan kendaraan antik. "Sejumlah faktor bisa mempengaruhi resale value sebuah kendaraan, tidak terkecuali dengan warna," tutur Pakde Bei sapaan akrabnya.
Pertama: Asal negara dari merek mobil menjadi daya kuat tidaknya sebuah resale value. Kendaraan dengan merek asal Jepang cenderung memiliki nilai depresiasi rendah ketimbang merek dari negara lain. Sebut saja yang memiliki resale value terbaik adalah brand Toyota, Daihatsu, Honda, dan Mitsubishi. Nah, resale value keempat brand ini jelas berbeda dari produk-produk asal Eropa, Korea Selatan, Tiongkok, Malaysia sepeti Proton, dan Amerika Serikat seperti Ford yang sudah mati di Indonesia.
Foto: Yulian Lahardi
Kedua: Kekuatan merek juga menjadi penentu sebuah resale value terbentuk di pasar mobil bekas. "Tidak semua mobil pabrikan Jepang memiliki kekuatan merek yang bisa menopang resale value, hal ini terbukti di pasaran, sejumlah label kendaraan asal Jepang juga terpuruk resale value-nya," ungkap Bebin Djuana, pengamat pasar otomotif beberapa waktu lalu.
Ketiga: Jaringan aftersales service dan ketersediaan komponen di pasar Indonesia juga bisa menjadi penentu kualitas resale value. Intinya, semakin sulit didapat layanan purnajual sebuah kendaraan, maka akan semakin tinggi depresiasi harga jual kembali sebuah produk.
Foto: Yulian Lahardi
Keempat: Ternyata warna juga menjadi penentu resale value sebuah mobil. Semakin banyak peminat warna mobil tersebut, maka resale value juga akan terjaga. Nah, saat ini warna-warna yang digandrungi adalah hitam, silver dan putih.