BUS-TRUCK - Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta masih mengkaji kenaikan tarif bus Transjakarta dari semula Rp3.500 menjadi Rp5.000 dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Seperti diutarakan oleh Wakil kepala Dishub Provinsi DKI Jakarta, Ujang Harmawan, pekan ini (29/10).
Ditambahkan oleh Ujang, seperti dikutip dari Antara, ia masih belum bisa memberikan kepastian kapan tarif ini akan naik, apakah pada tahun ini atau tahun depan karena masih dalam persiapan.
Pihak Dishub Jakarta juga masih menjaring berbagai masukan dari masyarakat.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyampaikan tarif bus Transjakarta sebesar Rp3.500 sudah berlaku sejak tahun 2015 atau 20 tahun lalu. Besaran tarif itu hanya bisa menutupi 14 persen biaya operasional Transjakarta.
Selain itu, tarif tersebut ternyata juga lebih murah dibandingkan besaran tarif dasar angktan massal di daerah penyangga Jakarta seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang.
Masih menurut Ujang, saat ini subisidi dari Provinsi Jakarta atas tiket bus Transjakarta sudah di atas Rp9 ribu.
Baca juga: Transjakarta Operasikan 10 Ribu Bus Listrik Sampai 2030
Baca juga: Mengapa Belum Ada Medium Bus Listrik Di Jalur Transjakarta? Ini Jawabannya
Sejumlah pilihan skema untuk meringankan beban itu yang pernah mengemuka antara lain dengan berbagi pembiayaan dengan wilayah-wilayah penyangga kota Jakarta.
Karena pada kenyataannya jaringan armada di ekosistem Transjakarta juga sudah beroperasi serta menjangkau ke sejumlah titik di wilayah penyangga Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, ataupun Bogor.
Namun begitu, jika ada kenaikan tidak akan menghilangkan pemberian bebas tarif atas 15 golongan masyarakat yang berjalan sampai saat ini seperti bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, Polri, pelajar, penyandang disabilitas, maupun lansia.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Otoritas Ibu Kota Nusantara periode 2022-2024, Prof. Bambang Susantono, mengingatkan bahwa permasalahan transportasi massal di Jakarta bukan terletak pada kenaikan tarif Transjakarta, namun biaya transportasi menuju moda Transjakarta.
Menurutnya, saat ini untuk transportasi massal yang paling bisa dijangkau oleh kebanyakan masyarakat adalah armada bus Transjakarta. Namun ada masalah soal akses menuju halte bus Transjakarta yang dianggap Bambang masih sulit dan memakan biaya. (EW)
