OTODRIVER - Pada segmen mobil listrik di Indonesia penjualan terus mengalami kenaikan, bisa dilihat dari data Gaikindo di mana bulan September 2023 tercatat penjualan data wholesales (dari pabrik ke dealer) sebanyak 1.857 unit. Naik dari bulan Agustus yang mencapai 1.329 unit.
Namun, mobil ramah lingkungan itu di Indonesia dinilai lebih lambat dibanding di pasar global. Lambatnya adopsi mobil listrik itu terjadi karena beberapa sebab, seperti masih adanya kekhawatiran mengenai ketersediaan stasiun pengisian daya.
"Oleh karena itu, para pemimpin industri dan pembuat kebijakan sedang mempersiapkan masa depan di mana kendaraan ramah lingkungan dapat memainkan peran utama di pasar," kata Hendra Lie, PwC Indonesia Automotive Leader, dalam siaran pers, Senin (16/10).
"Sebanyak 87 persen responden paling khawatir terhadap biaya penggantian baterai, 83 persen mengkhawatirkan harga suku cadang, 66 persen khawatir terhadap pengeluaran tak terduga, dan 59 persen mengkhawatirkan biaya perawatan rutin," papar Hendra.
Satu lagi yang akan membuat mobil listrik murni akan tersingkir, di mana jenis kendaraan hybrid masih mendominasi penjualan dengan capaian 34.135 unit atau sekitar 77,11 persen dari total penjualan kendaraan listrik.
Dari data, Toyota masih memimpin penjualan mobil Hybird sebanyak 23.069 unit dengan model Innova Zenix Q Modellista, mencatatkan penjualan hybrid terbanyak, yakni 9.001 unit.
Ditambah, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk memberi tambahan insentif bagi mobil hybrid atau hybrid electric vehicle (HEV).
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Kemenperin Taufiek Bawazier di mana mobil hybrid mampu mengurangi emisi karbon hingga 49 persen.
"Sebetulnya kami sudah inisiasi, analisis ke depan sampai 2060 itu adalah carbon reduction artinya yang diukur adalah sampai berapa besar industri atau manufaktur menghasilkan suatu produk yang mampu menurunkan emisi karbon,” kata Taufiek beberapa waktu lalu. (GIN)