Esemka sudah memperkenalkan sejumlah produknya. Model Esemka yang sudah diperkenalkan di antaranya adalah Esemka Bima, sebuah kendaraan niaga ringan yang akan berkompetisi di kelas Daihatsu Gran Max CS.
Namun saat ini isu kemiripan Esemka Bima dengan model yang ada di Cina tak dapat dibendung. Secara wujud, pick up rakitan Boyolali, Jawa Tengah tersebut memang punya kemiripan dengan Changan Star Truck seperti yang telah kami laporkan.
"Yang namanya kemiripan adalah hal yang normal. Itu hal yang normal, jadi yang penting saya lihat di sini dia pakai merek nasional, Esemka. Kemudian pembuatannya memang bertahap, akan dinaikan terus TKDN-nya di indonesia, jadi itu hal yang positif. Jadi yang terpenting buat saya dilakukan manufakturingnya di Indonesia sebanyak mungkin akan menggunakan lokal komponen sehingg dia bisa menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Itu yang paling penting," urai Yohanes Nangoi saat kami temui di Makassar, Sulawesi Selatan (10/9).
Apakah Esemka pakai skema rebadge? Rebranding? Sharing platform dengan produk yang ada di Tiongkok? Masih belum ada keterangan yang bisa kami gali dari pertanyaan itu.
"Saya bingung ya kalau orang ngomong begitu (menggunjing Esemka di media sosial). Wuling itu mirip dengan Chevrolet, kok engga dinyinyirin? Yang penting mereka diproduksi di Indonesia, itu berarti ada investasi. Setelah ada investasi kemudian ada tenaga kerja, kemudian tidak ada pelarian devisa karena langsung dibikin di Indonesia. Capek kalau kita nyinyir," tutup Nangoi.
Dalam kesempatan yang sama, pihak Kementerian Perindustrian yang diwakili Putu Juli Ardika selaku Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan menyebut bahwa Esemka Bima sudah punya kandungan komponen buatan lokal mencapai 60 persen.
Sebagai tambahan informasi, Esemka sampai saat ini juga belum bergabung menjadi anggota Gaikindo. Yohanes Nangoi mengakui dirinya belum pernah berdialok dengan merek yang digawangi PT Solo Kreasi Manfaktur itu.