Selain sudah memproduksi massal Mitsubishi i-Miev pada 2009 lalu, mobil berlogo tiga berlian itu juga memiliki mobil ramah lingkungan bernama Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle). SUV ini pertama kali diperkenalkan ke publik pada 2013.
Namun sebelum masuk lebih dalam, ada baiknya mengetahui latar belakang kendaraan ramah lingkungan milik Mitsubishi ini. Pabriknya di Jepang sana, sudah memprediksi dari jauh hari mengenai kendaraan bertenaga listrik. Mereka memulai riset dan pengembangan pada tahun 1966 atau jika dihitung sampai kini, sudah berkecimpung selama 52 tahun. Penggunaan baterai dimulai dari lead-acid battery, NiCad battery hingga lithium ion battery. Selain jenis mobil angkut, sedan dan MPV, pada perjalanannya mereka pun pernah menyematkan teknologi mobil listrik di salah satu varian sport mereka yakni Mitsubishi FTO EV.
Setelah bergelut sekian puluh tahun, pada 1999 akhirnya Mitsubishi Motors memproduksi BEV (Battery Electric Vehicle) massal pertama kali di dunia, yaitu Mitsubishi i-MiEV "Singkatan dari Mitsubishi innovative Electric Vehicle,“ jelas Toshinaga Kato, General Manager, Indonesia Business Department, ASEAN Div, Mitsubishi Motors Corporation yang kami temui di Prancis pertengahan Juni 2018.
Huruf i di depan, merupakan kode dari divisi kendaraan listrik, yakni Mitsubishi i. i-MiEV berbentukhatchback 5 pintu yang menurut data mampu menempuh jarak sejauh 100 mil (160 km). Untuk versi yang dijual di Amerika Serikat pada tahun 2012, dapat menempuh jarak sejauh 62 miles (100 km).
Setelah diluncurkan d Jepang, i-MiEV mulai merambah Eropa, Amerika, Hongkong hingga Australia. Dari sejak pertama kali dijual pada Juli 2009, di bulan Oktober 2011 Mitsubishi telah melego lebih dari 17.000 i-MiEV di seluruh dunia, termasuk 4.000 unit di antaranya di benua Eropa dengan namaPeugeot iOn danCitroën C-ZERO.
Dengan pengalaman menjual i-MiEV, pada 2013 mereka pun meluncurkan versi SUV-nya, yakni Mitsubishi Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) dan menjadi teknologi PHEV pertama di dunia. Outlander ini merupakan mobil yang digerakkan dua motor di setiap sumbu roda yang sumber tenaganya dari listrik baterai (EV). Disebut plug-in, karena baterai bisa dicharge di rumah, atau ketika di perjalanan mesin akan hidup dan berfungsi sebagai generator pembangkit listrik. Karena memiliki dua sumber listrik yang berbeda, nama Hybrid pun disematkan.
Jadi jelaslah mengapa SUV listrik ini bisa menempuh jarak lebih jauh. Dengan kalimat lain, selama tangki masih berisi bensin dan mesin masih bisa berfungsi, baterai ini tidak akan pernah kehilangan dayanya di perjalanan. Sebagai catatan, dengan mengandalkan baterai saja, Oultlander PHEV mampu menempuh jarak hingga 54 km. Namun dengan adanya generator yang segera mengisi daya baterai membuat Outlander bisa lebih ngacir. Selain itu, saat deselerasi atau pengereman pun, energi yang dihasilkan diubah menjadi listrik dan diisikan segera ke baterai. Data yang kami peroleh, dari bahan bakar di tangki penuh hingga habis, dapat menempuh jarak 830 km tanpa mencharge baterai (plug-in).
Semenjak kelahirannya, Outlander PHEV pun mengalami beberapa penyempurnaan. Tak hanya tampilan, tapi juga teknologinya. Di Marseille, Prancis, Juni lalu, kami diajak langsung melihat sosok dan menjajal ketangguhannya. SUV ramah lingkungan yang dilaunch di Geneva Motor Show Maret lalu, saat ini menggendong mesin 4B12 berkapasitas 2.400 cc yang lebih banyak 400 cc dari versi lama 4B11. Itu artinya kemampuan untuk mengisi baterai bisa lebih cepat dengan daya yang lebih banyak.
Kehadirannya di Eropa memang mendapat respons sangat baik. Outlander PHEV mampu bertengger di 5 besar penjualan di 5 negara yang menjual mobil listrik. Untuk hitungan worldwide, Outlander PHEV telah memproduksi dan menjual ke 53 negara di dunia. Sayangnya belum sempat mampir ke Indonesia. Eh maaf, ada kok beberapa unit di kantor Kementrian Perindustrian.