LCGC yang isunya akan dihapus dan diganti dengan program bernama lain, sepertinya akan diulur lebih dulu. Sebab Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan untuk meneruskan LCGC. Bahkan berharap LCGC bisa berkembang terus.
"Kami dari dari kemenperin menggunakan konsep fuel consumption, artinya LCGC yang jadi cikal bakal sejak 2013 akan tetap dipertahankan dengan tentunya satu liter bisa mencapai 20 km dan bila diharapkan ditingkatkan lagi maka tentunya ada pengembangan baru," papar I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin dalam seremonial penutupan GIIAS 2017 (19/8).
Walau tak menyebut apakah ada penambahan program baru yang berdampingan dengan LCGC, Putu berharap para APM tetap meningkatkan catatan efisensi bahan bakar pada produknya.
"Dan selanjutnya adalah kendaran yang bisa mencapai fuel consumption yang satu liternya bisa lebih dari 28 Km. Inilah yang kita harapkan di massa mendatang dan di GIIAS mendatang kita akan melihat lebih banyak lagi kendaraan yang ramah lingkungan," cetus Putu.
Dalam paparannya, Putu menyebut bahwa seluruh pabrikan di Indonesia harus mempercepat kehadiran mobil ramah lingkungan sebab sudah adanya perjanjan untuk komitmen dalam isu pemanasan global.
"Indonesia sudah menandatangani kesepakatan untuk menurunkan efek rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030. Nah, untuk itu kami dari Kementerian Perindustrian khususnya ingin seluruh pegiat di bidang otomotif marilah kita memproduksi dan juga mengembangkan produk-produk ramah lingkungan," ujarnya.
Walau tak ada model LCGC terbaru di GIIAS 2017, tapi beberapa merek turut berlomba memamerkan teknologi ramah lingkungan milik prinsipalnya. Mulai dari Toyota C-HR Hybrid, Prius generasi terbaru, BMW i3 sampai Nissan Note E-Power siap mendukung program mobil ramah lingkungan.
Tapi apa ada dukungan dalam insentif pajak untuk 4 jenis mobil di atas?
Baca juga
Hatchback Ber-Sunroof Termurah Ini Paling Laris Di Booth Kia