Toyota Raize merupakan produk terbaru dari Three Ovale di Indonesia yang baru saja dihadirkan pada 30 April silam. Mobil yang juga di pasarkan di Jepang sejak 2019 silam ini nampaknya punya segudang keunggulan yang membuatnya pantas menjadi mobil yang diperhitungkan.
OtoDriver berkesempatan melakukan test drive (07/05/2021), seharian penuh untuk merasakan mobil ini secara langsung dan tidak lupa berkesempatan membuktikan kepraktisan mobil mungil ini.
Sebuah Raize kasta tertinggi yakni 1.0T GR Sport TSS bertransmisi CVT menjadi kendaraan OtoDriver bersama dua rekan jurnalis lainnya.
Perjalanan kami dimulai di untuk mengeksplore wilayah Jakarta Selatan dengan jalanan perkotaannya. Mesin 1KR-VET 3 silinder 998 cc turbo menunjukkan pesonanya. Mesin DOHC dengan VVT-1 ini menggelontorkan daya 98 PS/6.000 rpm dan torsi puncak 140 Nm/2400-4.000 rpm.
Untuk membawa 3 penumpang dengan dua diantaranya berukuran fullsize terasa enteng dan responsif. Mesin ini mampu memenuhi kebutuhan manuver kendaraan dengan cukup baik. Stop and Go dapat dilakukan dengan cukup baik salah satunya dikarenakan karekter mesin 3 silinder yang cukup piawai mencetak torsi di putaran yang relatif rendah.
Untuk lebih meyakinkan, nampaknya pihak Toyota telah menyiapkan simulasi tanjakan yang cukup menantang yakni di Tanjakan 13 tepatnya di parkiran Kuningan City. Sesuai dengan namanya titik tertinggi tanjakan ini ada di lantai 13.
Kombinasi kinerja mesin dan transmisi CVT cukup sigap membawa bodi mobil kembaran Daihatsu Rocky ini ke titik tertinggi tanpa kesulitan sama sekali. Bahkan kami sempat mencoba berhenti total di tengah tanjakan dan lanjut kembali, hasilnya pun cukup mengesankan, Raize mampu melanjutkan perjalanannya tanpa harus bersusah payah.
Lebih jauh lagi, mobil kecil ini kami geber di kecepatan 15-20 km dalam tanjakan yang sama dan ia mampu lakukannya dengan baik nyaris tanpa effort berlebih.
Mesin tiga silinder identik dengan getaran. Pada Raize anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah namun juga tak sepenuhnya benar. Getaran yang jadi ciri mesin 3 silinder masih terasa pada Raize terutama pada posisi idle. Namun sudah tidak terlalu signifikan berkat beberapa rekayasa enginering yang dilakukan. Beberapa trik dilakukan untuk mereduksi getaran ini, pihak Toyota menjelaskan bahwa mesin yang dipasang pada kemiringan tertentu dan juga desain engine mounting khusus.
Perjalanan dari Tanjakan 13 berlanjut menuju Pantai Indah Kapuk II dan kami pun berkesempatan merasakan performa mobil ini saat berada di jalan tol untuk pertama kalinya.
Hal mengejutkan adalah kinerja transmisi D-CVT yang mampu bersinergi dengan baik dengan mesin ‘seceng turbo’ ini. Kolaborasi keduanya dirasa cukup baik saat melakukan manuver mendahului di jalan raya. Namun terasa sedikit turbo lag terlebih ketika melakukan akselerasi mendadak. Walau demikian untuk menyentuh angka 100 km/jam bukan perkara yang sulit.
Bagaimana dengan kenyamannya?
Posisi mengemudi terbilang biasa namun boleh dikatakan nyaman dengan tinggi saya yang 175 cm. Namun bagi yang berbadan subur, jok di bagian depan ini terasa sedikit kekecilan.
Secara keseluruhan bangku depan terasa nyaman dengan proporsi pas yakni tidak begitu keras dan juga tak begitu empuk.
Sedangkan bangku baris kedua,sedikit keempukan pada bagian samping kiri maupun kanan. Hal ini membuatnya terasa ambles saat diduduki bahkan oleh rekan kami yang bertubuh relatif irit sekalipun.
Sedikit catatan pada bangku kedua ini adalah posisi duduk yang cenderung tegap sehingga kurang memberikan kesan relax pada pengunanya.
Berikutnya adalah suspensi, bagian ini menjadi salah satu favorit kami. Kesan pertama yang muncul adalah bantingannya yang cukup dewasa, artinya tidak terlalu empuk, namun juga tidak terlalu keras. Hal ini membawa kesan positif saat bermanuver di mana mobil cukup sigap dan tidak limbung.
Berkenaan dengan kabin, catatan negatif kembali harus kembali disampaikan. Kabin mobil ini terasa kurang senyap terlebih pada suara ban sedikit merambat masuk. Walau terasa parah dan bisa ditolerir, namun pasti akan lebih legit jika suara bising bisa direduksi.
Pada kesempatan ini juga kami mencoba sebagai mana praktis mobil ini. Dan hal tersebut dibuktikan dengan masukkan barang-barang belanjaan perabot ala bapak-bapak yang relatif besar dan menyita ruang.
Bagasi dengan segera dipadati oleh barang-barang berukuran relatif besar dan karena ada satu barang yang punya panjang berlebih, maka bangku belakang sebelah kiri pun harus rela dilipat agar barang tersebut bisa masuk.
Otomatis penumpang di bangku ke dua harus rela bersampingan dengan bangku yang terlipat, akan tetapi hal tersebut bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Penumpang di baris kedua masih cukup lega untuk bisa duduk dengan nyaman, walau mereka yang berbadan subur sekalipun.