Toyota menaggapi panggilan Menteri Perindustrian Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita untuk turut serta dalam mendukung upaya melawan Covid-19 alias Virus Corona. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) akan berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam pengembangan ventilator, agar bisa dibuat dalam negeri dengan skala besar.
Dalam keterangan pers dari Kementerian Perindustrian, dijelaskan kalau setidaknya ada empat perguruan tinggi yang akan melakukan proses produksi ventilator. Mereka adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, dan Institut Teknologi Bandung.
“Kami mendapat laporan, tim dari perguruan tinggi sudah memiliki mitra dalam upaya memproduksi ventilator. Namun, mereka punya keterbatasan khususnya terkait ketersediaan bahan baku dan rantai pasok,” ujar Agus di Jakarta, Rabu (8/4).
Di sinilah pabrik 'tiga oval' mengambil peran. TMMIN akan membantu dalam penyediaan rantai pasok bahan baku, lewat kemitraannya dengan PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) dan Universitas Gajah Mada. Kolaborasi ini disebut sudah masuk tahap pengembangan purwarupa yang diharapkan siap pekan depan.
(Baca juga: Pengamat: Pabrik Otomotif Harus Kerjasama dengan Produsen Alkes)
Pihak TMMIN sendiri merasa terhormat bisa menjalankan program kolaborasi ini. Direktur Administrasi dan Hubungan Eksternal TMMIN, Bob Azam menuturkan pihaknya mengambil peran pendukung dalam pengembangan atau produksi alat bantu pernapasan tersebut. Mereka tidak terlibat langsung dalam pengembangan ataupun produksi alat-alat kesehatan seperti ventilator.
"Dukungan yang kami berikan berupa transfer pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan manufaktur yang efisien dengan harapan dapat membantu mempercepat pengembangan ventilator tersebut," ujar Bob.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohanes Nanggoi menjelaskan, salah satu supplier saat ini sedang melakukan pengembangan prototype ventilator yang dilakukan dengan skema reverse engineering. “Apabila bisa dijalankan, produksi akan dilakukan secepat dan sebanyak mungkin serta akan diproduksi menggunakan kapasitas perusahaan-perusahaan otomotif,” terangnya.