Toyota RAV4 adalah salah satu mobil paling laris di dunia. Berdasar data Focus2Move, tahun 2019 sekitar 931 ribu unit SUV bongsor ini terjual di seluruh belahan dunia. Tidak heran kalau dia menempati peringkat ketiga mobil terlaris di dunia sejak 2018, di bawah Toyota Corolla dan Ford F-Series.
Meski kian populer --terutama di pasar Amerika Serikat, nama Toyota RAV4 cenderung asing bagi mayoritas orang Indonesia. Wajar saja, mobil ini terakhir diperkenalkan di Indonesia tahun 2014 lalu dan kurang populer juga, lantaran harganya yang terhitung tinggi.
(Baca juga: Aduh, Toyota Tunda Peluncuran Crossover Barunya Karena Virus Corona)
Meski tidak memungkiri adanya tren SUV yang meningkat, PT Toyota Astra Motor (TAM) masih belum melirik RAV4 untuk pasar Indonesia. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari berbagai pertimbagan.
"Saya pikir tidak cuman RAV4, tapi semua produk baru semua produk line up itu pasti kita pelajari," terang Direktur Pemasaran TAM, Anton Jimmi Suwandy, menjawab pertanyaan rekan media di sesi telekonfrens, Jumat (15/5). "Tapi yang kita pelajari bukan produk apa, tapi masukan dan kebutuhan dari market Indonesia seperti apa," lanjutnya.
Sejauh ini, dari studi-studi teresebut, Toyota RAV4 belum masuk kategori permintaan pasar Indonesia. Selain itu Anton juga melihat kalau untuk ceruk pasar SUV kelas atas, sejauh ini TAM sudah ada Toyota Fortuner. "Apalagi dia local product yang secara demand dan kebutuhan sudah lebih besar," tambahnya lagi.
Meski dia tidak menutup kemungkinan di masa depan, apalagi kalau-kalau pasar otomotif terus berkembang dan muncul permintaan secara spesifik untuk Toyota RAV4. "Jadi kalau ke depannya produk ini semakin cocok dan sesuai dengan kebutuhan di Indonesia ya kenapa tidak kita perkenalkan," tambahnya lagi.
Proses Panjang Menghadirkan Produk Baru
Di sela-sela penjelasannya tentang peluang menghadirkan Toyota RAV4, Anton juga menjabarkan proses panjang untuk menghadirkan produk baru di tanah air.
(Baca juga:Menerka Mobil Listrik Toyota yang Hadir Tahun Ini di Indonesia)
Setelah mempelajari pasar, TAM kemudian mendiskusikan dengan prinsipal terkait suplai produknya. "Apakah perlu produksi dari Indonesia, atau mungkin ambil dari region, Thailand misalnya, atau bahkan perlu bawa dari Jepang," jelasnya.
Studi kebutuhan dan ketersediaan produk ini kemudian dikawinkan sebelum mengambil keputusan final menghadirkan produk atau tidak.
Tidak berehenti sampai di situ, persiapan untuk menghadirkan produk baru juga berlanjut ke berbagai lini. "Mulai dari pesiapan mekanik di bengkel kita, spare part, sampai komunikasi promosi, pendidikan dari tenaga penjual, dan lain-lain," terang Anton lagi menegaskan besarnya investasi untuk produk baru.
Selain itu mengingat line-up produk Toyota di Indonesia yang cukup banyak, mereka juga harus me-review produk-produk yang sudah ada, apakah perlu dikembangkan lebih jauh dan bagaimana penetrasinya di pasar.