Chevrolet Captiva generasi terbaru resmi muncul di Thailand belum lama ini. Kemunculannya sangat menarik karena Captiva model baru tersebut diyakni merupakan hasil sharing platform dengan Wuling Almaz.
Hal itupun membuat kami bertanya-tanya. Sebab di Indonesia kini Chevrolet sudah menyuntik mati Captiva. Dengan demikian, jika dipikir-pikir maka prediksi terhadap Chevrolet Indonesia melakukan hal yang sama dengan Chevrolet Thailand tentu bukan sesuatu yang negatif.
Apalagi Almaz merupakan model CKD yang dirakit di fasiltas pabrik Wuling Motors di daerah Cikarang, Jawa Barat. Lantas apa tanggapan Chevrolet Indonesia?
Dari hasil wawancara kami dengan Yuniadi Haksono Hartono selaku External Affairs & Communications Director, GM Indonesia, dapat disimpulkan bahwa merek asal Amerika Serikat ini belum butuh pengganti Captiva. Apalagi sampai rebadge Wuling Almaz.
"Kami fokus dengan kekuatan yang ada pada saat ini. Kalau kita lihat pasar di Indonesia itu trend nya lari ke arah SUV. Dan kami meluncurkan Trax dan Trailblazer itu tepat pada waktunya, pada saat orang beralih dari MPV ke SUV. sekarang pertanyaannya adalah, apa yang bisa kami tawarkan? Pertama ada yang 5 seater dan ada yang 7 seater (Trax dan Trailblazer). Jadi kami fokus ke situ dulu, sambil kami melihat perkembangan berikutnya apakah terjadi perubahan atau pergerakan selera konsumen," jelas Yuniadi yang kami temui di JiExpo Kemayoran, Jakarta (25/4).
Bahkan ia mengaku tak merasa ada yang kurang dalam line up produknya setelah menghentikan penjualan Captiva. "Setiap pasar pasti punya keinginan dan demand yang berbeda-beda, itu pertama. Yang kedua, kami juga selalu mendengarkan apa yang menjadi keinginan konsumen. Kalau dilihat sejarah Chevrolet dahulu kan kami juga punya SUV, tapi dulu pasar lebih menguat ke MPV, tapi sekarang ini pasar cenderung lebih menguat ke SUV. Oleh karena itu kami memfokuskan dengan produk yang kami anggap ini menjawab kebutuhan konsumen," tutupnya secara diplomatis.