Toyota Kijang merupakan salah satu mobil yang memiliki banyak peminat, eksistensinya bisa terlihat dari Sabang sampai Merauke. Pada kesempatan Kilas Sejarah kali ini bukannya OtoDriver tak bisa move on dari video review seluruh generasi Kijang yang kami tayangkan di YouTube pada Juli lalu, namun memang mobil ini masih seru untuk dikupas sejarahnya.
Kijang bisa dibilang fenomenal, karena kami rasa hampir semua keluarga di Indonesia pernah naik atau membeli mobil ini. Dari sekian banyak peminat Kijang, pasti ada yang belum tahu bahwa kata ‘Kijang’ tersebut memiliki kepanjangan yakni "Kerjasama Indonesia-Jepang".
Kemunculan generasi pertama Toyota Kijang lebih dikenal dengan nama “Kijang Buaya” karena saat kap mesinnya dibuka mirip dengan mulut buaya. Jika diperhatikan desainnya sangat sederhana, saking sederhannya jendela samping terbuat dari plastik dengan kombinasi terpal. Generasi pertama Kijang yang merupakan pick up ini lahir pada tahun 1977 dan diproduksi hingga 1981. Dipersenjatai dengan mesin OHV berkode 3K, kapasitasnya 1.200 cc dan untuk transfer tenaga ke roda belakang menggunakan transmisi manual 4-percepatan.
Mobil niaga tersebut dilahirkan atas dasar ambisi pemerintah membuat mobil nasional yang dimanufaktur sendiri dalam negeri dan untuk mendorong roda perekonomian di Indonesia, terbukti dari jumlah unit yang laku lebih dari 26.000 unit.
Kesuksesan Kijang generasi pertama ini, membuat Toyota menciptakan generasi kedua pada 1981 hingga 1986. Geneasi kedua ini merupakan penyempurnaan dari generasi sebelumnya, walau sekilas desainnya masih mirip. Kendati bentuknya terbilang mirip, terdapat perubahan detail yang cukup signifikan pada bagian grill depan, engsel pintu yang tidak lagi terlihat pada bagian luar dan jendelanya sudah menggunakan kaca. Mesin yang digunakan pada generasi kedua ini berkode sama, 3K, namun terdapat peningkatan menjadi 1.300 cc. Kemudian Pada tahun 1985, Kijang mendapat mesin baru 5K berkapasitas 1.500 cc. Kijang generasi generasi kedua ini juga mulai diperkenalkan sebagai mobil MPV oleh beberapa karoseri yang mengubahnya menjadi versi minibus. Inilah awal Kijang mulai digunakan sebagai mobil keluarga atau MPV.
Pada 1986, Toyota kembali melahirkan Kijang generasi ketiga dengan kode bodi KF40 (short wheelbase) dan KF50 (Long wheelbase). Terlihat perubahan total pada bentuk bodi yang sudah tidak terlalu kaku dan dianut pula teknologi Full Pressed Body sehingga mengurangi bobot kendaraan hingga 5 kg. Uniknya tidak terdapat pintu penumpang dibagian kanan, hanya ada di bagian kiri. Kemudian pada 1992, terdapat facelift yang sudah menghadirkan pintu pada bagian kanan dan bodi mengadopsi teknologi Toyota Original Body. Bicara soal mesin, kijang generasi ini masih menggunakan jantung pacu 5K berkapasitas 1.500 cc. Lalu pada 1994, terdapat facelift di bagian grill, pelek berukuran 14 inci, desain setir, speedometer dan mesin berkapasitas lebih besar yakni 1.800 cc dengan kode 7K.
Pada 1995, Kijang memperkenalkan varian dengan transmisi otomatik 4 percepatan. Untuk Kijang generasi ketiga ini terdapat beberapa varian tipe, yakni Standard, Deluxe, Grand Extra, Rover, Jantan dan Kencana.
Lanjut ke Kijang generasi ke empat yang lahir pada tahun 1997 dan diproduksi hingga 2007. Kijang generasi ini mendapat julukan “Kijang Kapsul” karena bentuknya yang membulat seperti kapsul dan desainnya yang modern. Pada generasi ini juga Kijang memperkenalkan dua varian mesin. Yang pertama ada tipe bensin dengan teknologi EFI berkapasitas 1.800 cc - 2.000 cc dan diesel non-turbo berkapasitas 2.400 cc.
Banyak keunggulan pada Kijang generasi ini, salah satunya diekspor ke 10 negara. Terdapat beberapa varian tipe untuk model long wheelbase yakni LX, LSX, LGX dan Krista. Kemudian untuk model short wheelbase terdapat tipe SX, SSX, SGX dan Rangga. Untuk varian pick-up, produksinya berhenti di tahun 2007. Di pertengahan 2004, terdapat facelift pada bagian wajah, buritan, interior dan penambahan fitur keselamatan.
Reporter: Christo
Editor: Danu