OTODRIVER – Adanya jalan bebas hambatan, selain bisa menghemat waktu tempuh, juga lebih memudahkan untuk menentukan waktu perjalanan. Membuka kesempatan juga untuk memulai perjalanan yang akan melewati pergantian hari, dari terang ke gelap. Begitu pula sebaliknya.
Untuk itulah haris diwaspadai situasi peralihan hari saat berkendara dari kondisi terang ke gelap, maupun gelap ke terang.
Terutama pergantian dari gelap ke terang terlebih jika perjalanan telah dijalani di lebih dari separuh malam.
Mengemudi saat malam hari membuat kinerja otak, mata, tangan ,dan kaki lebih keras.
Meskipun organ mata yang akan paling berat bebannya, karena saat di gelap malam mata dipaksa untuk menyerap lebih banyak sinar agar pandangan ke jalan tetap terpantau. Belum lagi ketika ada sorot lampu dari kendaraan yang berlawanan arah.
Apalagi kalau di perjalanan terhadang kemacetan. Mata akan berkali-kali terpapar pijar lampu rem kendaraan yang searah.
Kondisi itu yang kemudian membuat mata berpotensi mengalami kelelahan berat. Menjadi semakin mengkhawatirkan jika kemudian waktu berganti pagi sehingga bertemu sinar matahari.
Sejumlah gejala yang akan muncul seperti mata terasa perih, mengantuk dan otot mata terasa kaku. Hasilnya, mata seperti mau nutup terus. Jika sudah demikian, tidak ada cara lain. “Harus istirahat, baik fisik maupun mata,” saran Sony Susmana, Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI).
Disebutkannya untuk beristirahat sekitar 10-15 menit. Bisa dengan cara dipejamkan, atau juga senam mata. Yakni dengan melakukan gerakan melihat benda jauh dan dekat secara berulang-ulang dengan ritme yang diatur.
Cara lain, sederhana juga tapi efektif, melihat obyek yang dominan warna hijau. Hamparan sawah menjadi salah satu titik yang cukup baik. “Ini mencegah otot mata tidak kaku,” tambah Sony lagi.
Ada cara lain juga, membasuh wajah dan kelopak mata dengan air hangat, bukan air dingin.
Untuk tubuh sendiri yang juga berkorelasi dengan mata, lakukan senam ringan. Gunanya untuk melancarkan otot dan persendian. Kalau sudah bugar, bisa melanjutkan perjalanan. Jangan lupa gunakan kacamata penangkis sinar matahari. Supaya mata tak cepat lelah dan tidak silau.
PIlih lensa kacamata seperti apa?
Berdasarkan catatan data Otodriver, berkendara di kala sinar matahari sedang terik juga berpotensi mengganggu kinerja mata. Oleh karenanya banyak diantisipasi oleh pengendara dengan memakai pelindung mata. Jamak terlihat memakai kacamata hitam.
Namun patut diketahui bahwa memakai kacamata hitam butuh pemahaman tertentu soal kondisi mata Anda sendiri.
Karena salah penggunaan bisa berakibat negatif. Sebagai contoh efek dari kerusakan akibat sinar UV bersifat kumulatif.
Oleh karena itu penggunaan kacamata hitam berkualitas tinggi yang menghalangi 100 persen baik UVA dan UVB. Di pasaran kini tersedia sejumlah kacamata hitam yang lensanya berspek polarized, sangat efektif mereduksi cahaya yang menyilaukan sekaligus memperjelas penglihatan di siang terik.
Itu karena filter polarisatornya bersilangan sehingga cahaya susah masuk.
Tidak sulit membedakan kacamata pelindung itu dari sisi mutu, bisa disimak dari lensanya. Untuk mutu lensa yang bagus akan terlihat bening, sedangkan yang abal-abal akan nampak garis-garis vertikal.
Pemakaian kacamata pelindung saat mengemudi di malam hari juga disarankan. Tetapi bukan berarti tidak ada jenis kacamata pelindung yang lensanya sesuai untuk menepis pendaran cahaya yang berasal dari lampu di pinggir jalan maupun dari paparan sinar lampu kendaraan lain yang berlawanan maupun yang sejajar arahnya dengan kendaraan yang kita kemudikan.
Kacamata yang lensanya berspek Anti UV bisa dijadikan piihan, sebab lensa seperti itu akan terstimultan sendiri menjadi lebih gelap saat terkena silau sinar berlebih.
Kondisi silau ini dalam bahasa medis disebut sebagai fotophobia yang diartikan sebagai keadaan abnormal di mana seseorang merasa sensitif terhadap cahaya.
”Fotophobia dapat disebabkan oleh banyak hal. Pertama-tama harus dipastikan bahwa fotophobia itu tidak disebabkan oleh penyakit lain, misalnya dry eye, kekeruhan kornea mata, peradangan pada mata, katarak, dan kelainan syaraf mata lainnya,” ungkap dr. Rini Sulastiwaty, SpM, Ophthalmologist Jakarta Eye Center. (EW)