OTODRIVER – Fungsi dari radiator untuk mobil boleh disebut sangat berat. Tugasnya untuk menjaga suhu mesin dalam kondisi ideal seiring kemampuannya yang juga berhadapan dengan tingginya kelembaban udara serta debu, dan belum termasuk kondisi lalu lintas yang fluktuatif kemacetannya.
Disamping itu, selain rutin terpapar suhu panas mesin serta udara luar, membuat radiator ternyata punya potensi soal korosi. Belum lagi masih ada pemili mobil yang menggunakan air biasa untuk diisikan ke radiator.
Ada juga yang mengisi radiator dengan cairan pendingin tanpa memperhatikan spesifikasinya sesuai atau tidak dengan spesifikasi mobil.
Hal itu seperti yang diutarakan oleh Promotion Manager & Technical Support PT Autochem Industry, Dhany Ekasaputra, bahwa pemakaian radiator coolant sudah jadi langkah awal untuk menahan potensi munculnya korosi atau karat dengan lebih lama.
“Karena radiator coolant pasti ada aditif anti korosinya,” wanti Dhany. Biarpun memanfaatkan radiator coolant jug abukan berarti potensi karat hilang sama sekali.
Untuk hal ini disebutkan lagi oleh Dhany bahwa periode 3-6 bulan potesi korosi bisa terjadi. "Tergantung tingkat keasaman air di sistem radiator,” ungkap Dhany lagi.
Sejurus kemudian juga diterangkan lagi oleh Dhany bahwa korosi muncul karena adanya ‘persinggungan’ antara tingkat keasaman air yang tinggi dan materi logam. “Kondisi panas dan dingin juga akan lebih mempercepat terjadinya koros,” kata pria yang juga salah satu pengangung jawab riset barisan produk Autochem.
Dipungkaskannya, jika ada anggapan kalau ada mobil yang rutin dijalankan dalam kondisi macet bukanlah mobil yang tinggi risiko korosi pada radiatornya, ”selama aditif anti korosi tetap hadir untuk menjaga pH air radiator.”
Jika pH (Potential Hidrogent, Red) coolant tidak seimbang, misalnya terlalu asam atau terlalu basa, dapat menyebabkan korosi pada logam di dalam radiator. (EW)