OTODRIVER - Mesin mobil membutuhkan media cairan dalam proses pendinginan. Mengacu pada bawaan pabrik, cairan pendingin menggunakan cairan coolant atau dikenal juga sebagai radiator coolant sangat dibutuhkan.
Namun demikian, Coolant ini ternyata memiliki batas pemakaian dan harus diganti jika sudah melampaui batas tersebut.
Mengapa coolant harus diganti?
“Sifat asam ini akan membuat terjadinya korosi pada jalur-jalur pada sistem pendingin mobil,” tambahnya.
Lebih jauh lagi Dhany menjelaskan kapan sebaiknya cairan coolant ini harus diganti.
“Hasil paling tepat adalah mengukur kadar PHnya. Secara fisik warna coolant yang memudar bisa jadi patokan bahwa kadar PHnya sudah turun dari standarnya. Kadar PH normal ada di angka 6,” tutur pria berkacamata ini.
Namun untuk patokan lebih ringkas, Dhany menjelaskan untuk melakukan penggantian setiap 2 tahun atau 40.000 km.
Lebih lanjut lagi, mantan wartawan ini menjelaskan bahwa ada juga patokan penggantian di 3 tahun atau 50.000 km. “Ini untuk coolant yang menggunakan Organic Acid Technology (OAT) di mana cairan tersebut memiliki kandungan glycol dan beberapa aditif lainnya.
“Umumnya hampir semua mobil-mobil baru sudah menggunakan coolant dengan OAT ini. Pada umumnya jenis ini digunakan pada mobil modern terlebih mesin-mesin yang menggunakan turbo ataupun direct injection. Mesin ini temperaturnya semakin panas sehingga perlu glycol untuk meningkatkan titik didih cairannya sehingga tahan terhadap penguapan” jelasnya.
Walau demikian di beberapa mobil Eropa menuntut aditif free terhadap silikat, nitrat, pospor dan lain sebagainya, di mana hal itu ada pada aditif OAT. (SS)