Perangkat sistem keselamatan berkendara pada mobil, dewasa ini kian marak digunakan pada kendaraan di dunia. Fitur yang biasa tersemat pada bagian penghenti laju pada kendaraan ini, umumnya sudah menjadi bagian dari perlengkapan standar saat kendaraan diluncurkan.
Hasil studi yang pernah dilakukan oleh Boston Consulting Group menyebutkan, lebih dari 25% tabrakan mobil di AS seharusnya tak terjadi jika konsumen mobil baru menggunakan teknologi sistem keselamatan ini.
Tak hanya pencegahan korban jiwa, sistem tersebut dikalkulasikan juga mencegah terjadinya kerugian sebesar USD 251 miliar atau setara Rp 3,5 triliun. “Mayoritas kecelakaan di jalan raya disebabkan oleh kesalahan pengemudi," kata Xavier Mosquet, North America leader of The Boston Consulting Group Automotive Sector and the Head of the Firm's Detroit office.
Di tanah air, fitur keselamatan canggih macam ABS atau kontrol kestabilan biasanya hanya terdapat pada mobil kelas menengah keatas. Atau di kisaran harga Rp 200 jutaan keatas. Seperti contoh Daihatsu Great New Xenia dan New Suzuki Ertiga yang beberapa variannya belum dilengkapi peranti keselamatan elektronik tersebut.
Teknologi yang berkaitan dengan keamanan ini tidaklah murah untuk ditebus bagi para konsumen dalam membeli sebuah mobil. Salah satu tantangan pabrikan lokal dalam mengadopsi sistem teknologi keselamatan ini adalah masalah harga jual yang tetap harus kompetitif agar kendaraan masih terjangkau bagi sebagian besar konsumen.
Selain itu para pemilik kendaraan secara umum, juga masih banyak yang belum paham betul manfaat dari teknologi keselamatan pada kendaraan keluaran terbaru yang mereka miliki. Kurangnya informasi memadai dari para penjual dan pabrikan menjadi penyebab utama hal ini terjadi.
Sebagai konsumen, hendaknya kita harus pintar dalam memilih tunggangan mana yang lebih mendukung keselamatan jiwa para penumpang. Serta pelajari betul penggunaan fitur-fitur peranti keselamatan yang terdapat pada mobil, agar dana yang telah dikeluarkan untuk menebus sebuah mobil baru tidak sia-sia.