DFSK Gelora E telah resmi dipasarkan sejak 2021 silam dan langsung menjadi pelopor mobil listrik di kelas komersial di Indonesia. Kehadirannya boleh dikatakan cukup berani mengingat masih banyak ‘pekerjaan rumah’ yang harus dilakukan untuk meyakinkan pasar akan keunggulan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh tenaga listrik murni.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh DFSK adalah dengan melakukan pembuktian langsung untuk melakukan perjalanan jarak jauh. Otodriver pun berkesempatan menjajal mobil yang dirakit di Cikande, Serang, Banten ini untuk melakukan perjalanan antar kota bahkan antar pulau.
Dari spesifikasi data, Gelora E menggunakan baterai Lithium Iron Phosphate berkapasitas 42 kWh dan mampu menempuh jarak 300 km dengan hitungan NEDC (New European Driving Cycle). Pengertiannya hitungan ini dilakukan metode dan siklus tertentu, jadi bukan dalam kondisi riil pada saat pemakaian.
Di sinilah letak keseruan kompetisi ini. Apakah Gelora E mampu menempuh jarak Bandar Lampung-Jakarta dengan selamat tanpa kehabisan daya di tengah jalan?
Setiap mobil bebas menentukan apakah AC dan perangkat yang menyedot listrik dinyalakan atau sebaliknya. Dan, kami termasuk dalam empat dari lima mobil yang berjibaku untuk tidak menggunakan AC dan perangkat lainnya.
Setiap kendaraan berisi dua orang dan masih ditambah dengan 400 kilogram sak semen yang akan disumbangkan untuk pembangunan masjid di sekitar Kemayoran yang merupakan tujuan akhir perjalanan ini.
Pukul 08:00 WIB kami melakukan start dan langsung menyusuri Tol Trans Sumatera menuju ke pelabuhan Bakauheni. Jalanan tol yang didominasi oleh jalanan datar dan cukup minim jalanan turunan yang memberikan regeneratif braking untuk mengisian baterai. Dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam ketika kami sampai di pelabuhan Bakauheni dan masuk ke dalam ferry, kondisi baterai tersisa 68%.
Selama dua jam perjalanan penyeberangan, otomatis mobil dalam kondisi off.
Etape selanjutnya adalah Pelabuhan Merak menuju ke JIEXPO Kemayoran dengan jarak sekitar 125,5 kilometer dengan menyusuri Tol Merak-Jakarta, melalui Tol Kunciran lanjut ke tol Prof Insinyur Sedyatmo, lanjut melewati tol dalam kota dan finish di JIEXPO Kemayoran. Sama seperti sebelumnya, untuk melakukan penghematan, perjalanan tanpa AC dan mengaktifkan perangkat tambahan yang menyedot listrik serta tetap dengan kecepatan rata-rata 60km/jam.
Kelebihan lain dari mobil listrik pun kami rasakan, yakni kabin jauh lebih adem dibandingkan dengan mobil yang digerakkan oleh mesin bakar. Singkat cerita, kami mencapai garis finish di urutan pertama dan baterai yang tersisa adalah 23 %. Kelima mobil EV niaga ini pun berhasil menyelesaikan seluruh perjalanan tanpa ada kendala.
Lalu bagaimana dengan satu mobil yang sedari meninggalkan garis start selalu mengaktifkan AC dan audio? Ternyata, sisa baterai mereka berada di angka 13%.
Dengan perjalanan ini, maka kami sudah membuktikan bahwa EV van ini bisa melakukan perjalanan jauh tanpa kendala. Dari hitungan yang ada rata-rata kami hanya menghabiskan biaya pengecasan yang jika dikonversikan dalam bentuk Rupiah cukup Rp 51.400 saja.