OTODRIVER – Nama Etanol tetiba muncul dalam carut marut pengadaan BBM untuk penyedia bahan bakar swasta setidaknya sebulan terakhir.
Dalam satu sesi diskusi bertajuk Peranan Bioethanol dalam Industri dan Otomotif yang dihelat oleh PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Senin (20/10), di Jakarta, muncul beragam penjelasan soal pemakaian bahan bakar organik tersebut.
Peneliti Teknik Pangan Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung (FTI-ITB), Prof. Ir. Ronny Purwadi, M.T., Ph.D, menjadi salah satu pembicara menyebutkan bahwa produk yang bisa jadi campuran bahan bakar itu bukanlah barang baru untuk dunia otomotif.
Ia memaparkan bahwa di medio 1908, sekitar era munculnya Ford T, ternyata jadi salah satu bahan baku untuk mesin bakar mobil pertama itu.
Sejurus kemudian dijelaskan bahwa Bioetanol sendiri secara prinsip merupakan hasil fermentasi dari senyawa karbohidrat yang diperoleh dari tanaman seperti tebu, singkong, ataupun jagung.
Diterangkanya lagi, tanpa ingin terlibat dalam debat kusir soal bahan Etanol akhir-akhir ini, Indonesia sebenarnya sudah punya regulasi standar soal penerapan Etanol.
Disebutkannya tentang SNI 7390 tahun 2012 untuk Bioetanol Terdenaturisasi untuk bensin yang berisi:
- Menetapkan persyaratan mutu dan metode pengujian untuk Bioetanol yang akan dicampurkan dengan bensin (Gasohol).
- Menyatakan kadar Etanol minimum yang digunakan sebagai bahan bakar jenis Bioetanol adalah 94-99,5 persen.
Walaupun begitu Guru Besar Fakultas Teknik Industri ITB itu mengakui bahwa masih ada jalan yang panjang untuk menjadikan bahan penunjang BBM itu bisa dihasilkan tanaman bisa dipakai secara massal.
Salah satunya, soal nilai ekonomis dari Etanol yang jika melihat besaran volume bahan bakar untuk kendaraan di Indonesia masih belum bisa dicukupi dari pasokan dalam negeri.
Disebutkan lagi oleh pria yang pernah merilis jurnal berjudul Bioetanol Production via Syngas Fermentation (2018) setidaknya ada dua negara di sekitar Indonesia yang punya stok Etanol besar yaitu India dan Pakistan.
Di sisi lain, diakuinya juga bahwa penerapan untuk mesin kendaraan di tahun produksi tertentu butuh penyesuaian. “Untuk mesin tahun 2006 ke atas umumnya sudah bisa memakai BBM yang mengandung Etanol,” ungkapnya. (EW)
