OTODRIVER- Dalam membantu percepatan reduksi emisi di Indonesia, PT Pertamina (Persero) intensif mengembangkan tiga bahan baku, yang berasal dari sorgum, nipah, serta tandan buah kosong kelapa sawit (palm oil empty fruit bunch). Ketiganya bisa untuk dikembangkan menjadi bioetanol, sehingga mengakselerasi terwujudnya transisi energi.
Hal itu diungkapkan oleh SVP of Technology Innovation PT Pertamina, Oki Muraza, saat ditemui di sela kegiatan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, pekan ini (6/9). Ia juga mengatakan bahwa pengembangan sorgum menjadi bahan baku bioetanol bisa dilakukan, mengingat tanaman tersebut cukup banyak di Indonesia.
"Batangnya itu kita peras, terus bisa dapat bioetanol, nanti daunnya bisa untuk pakan ternak, untuk program perbaikan gizi, dan seterusnya. Itu satu yang cukup menarik. Jadi, kami sedang mengembangkan bisnis modelnya nanti kita mau advokasi ke pemerintah," jabarnya. Seperti dikutip dari Antara.
Oki juga menyebutkan penggunaan bioetanol dari sorgum, turut bisa dijadikan sebagai program substitusi impor gandum yang rata-rata mencapai 9,6 juta per tahun, sekaligus mendorong peningkatan produksi, dan diversifikasi produk pangan tersebut.
Selanjutnya, untuk pengembangan bahan baku bioetanol menggunakan nipah, dilakukan dengan cara memanfaatkan getah pohon mangrove. Hal itu dilakukan karena Indonesia memiliki 48 jenis mangrove.
"Karena Indonesia garis pantainya nomor dua di dunia, ini menarik. Jadi, selain untuk menahan abrasi, kita tanam juga mangrove yang nanti dilukai, getahnya itu juga (mengandung, Red) sugar, jadi bisa juga untuk bahan bioetanol," katanya menyakinkan.
Sementara untuk pembuatan bioetanol menggunakan tandan buah kosong kelapa sawit, dilakukan melalui pengolahan biomassa dengan cara memisahkan lignin, yang kemudian menghidrolasi selulosa, dan masuk ke tahap fermentasi glukosa.
Ketiga strategi pengembangan bahan baku bioetanol tersebut, merupakan upaya yang mencakup pengembangan jangka pendek, menengah, dan juga panjang. "Tapi ya semuanya harus ekonomis. Dari hitungan kami saat ini yang paling ekonomis jika dapat dukungan pemerintah itu batang sorgum, karena mengurangi impor pangan, nanti juga bisa mengurangi impor energi," katanya mengingatkan.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menunjukkan komitmennya untuk mewujudkan NZE yang tercantum dalam Perjanjian Paris melalui Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebanyak 912 juta ton pada 2030.
Forum ISF 2024 merupakan ajang resmi Pemerintah Indonesia bagi para pemimpin dunia dari berbagai sektor dan negara untuk dapat bertukar pikiran dan pengetahuan sekaligus memberikan solusi dan praktik terbaik menghadapi perubahan iklim. (EW)