OTODRIVER - Mobil dengan teknologi elektrifikasi sudah menjadi bagian dari perjalanan otomotif Indonesia. Saat ini pasar tanah air mengenal model HEV (hybrid electric vehicle), PHEV (plug-in hybrid vehicle), BEV (battery electric vehicle dan yang tengah jadi wacana adalah FCEV (fuel cell electric vehicle).
Walau secara persentase mobil-mobil New Enegy Vehicle (NEV) ini tergolong masih relatif kecil, namun saat ini peminatnya mulai ada dan pasarnyapun kian tumbuh.
Lalu model manakah yang menjadi mampu menjaring minat di Indonesia dan dinilai cocok untuk kondisi di sini?
Polling dengan pertanyaan “Jenis New Energy Vehicle (NEV) apakah yang cocok untuk Indonesia menurut Anda?” ini menjaring 516 koresponden dalam durasi mulai tanggal 26 November hingga 6 Desember 2024.
Dari angka tersebut sebanyak 193 orang atau 37,4% memilih HEV, 177 orang atau 34,3% (PHEV), BEV (111 orang atau 21,5% ) dan FCEV (35 orang atau 6,8%).
Sekedar analisa ringan, bahwa ketertarikan pada HEV dikarenakan mobil ini merupakan varian yang sudah terlebih dulu dikenal, memiliki pilihan model yang relatif banyak, punya perlakuan selayaknya mobil ICE (dalam pengoperasiannya) dan punya tawaran harga yang beragam serta bahkan lebih terjangkau. Sebagai contoh Toyota Yaris Cross HEV yang saat ini dibanderol harga yang cukup menarik.
Pilihan mayoritas kedua jatuh pada PHEV di mana saat ini PHEV dianggap cukup ideal karena punya jarak tempuh lebih jauh saat EV mode dan mobil tetap bisa berjalan dengan mengandalkan mesin bakar konvensional. Cukup mengejutkan saat pilihan ini berada di urutan kedua dan tergolong tidak banyak yang bermain di sini. Tercatat Mitsubishi Outlander PHEV menjadi sedikit pilihan yang ada di tanah air.
BEV berada di urutan ketiga. Di atas kertas pilihan BEV menjadi yang terbanyak di antara NEV yang ada di Indonesia. Mobil listrik murni ini mulai dijajakan dengan rentang harga yang cukup luas mulai dari di bawah Rp 200 jutaan hingga belasan miliar. Walau punya segudang pilihan tapi justru belum jadi pilihan pertama. Salah satu hal yang mungkin jadi penyebabnya adalah pengetahuan orang mengenai range anxiety dan juga infrastruktur.
Juru kunci ada pada FCEV dan sebagai kendaraan yang masih menjadi wacana di Indonesia, wajar jika berada di posisi ini. (SS)