OTODRIVER - Meski masih fluktuatif namun peminat in car enternaiment masih tetap ada. Setidaknya fans lama yang masih menginginkan hiburan selama di perjalanan lebih dari sekadar mendengarkan siaran radio ataupun musik.
Namun hal yang kini juga perlu diketahui bahwa keinginan untuk memasang peranti tambahan untuk hiburan di perjalanan juga semakin ‘simpel’. “Sekarang ukuran dan desain speaker, bahkan boks untuk subwoofer juga semakin kecil, ruang atau sudat yang ada di kabin mobil nyaris bisa dimanfaatkan semua,” buka Rokhim, penggawang CAS Audio. Ia ditemui langsung beberapa waktu lalu (9/6).
Selanjutnya pria yang praktik di area MGK Kemayoran Jakarta Pusat itu juga menjelaskan bahwa kondisi tersebut tidak lepas dari perkembangan teknologi peranti in car entertainment yang kini lebih compact, lebih canggih, performa lebih baik, tapi konsumsi energinya juga makin efisien.
“Secara prinsip sama saja, sistem kabel bawaan pabrik juga ternyata sama saja dengan mobil mesin biasa. Hanya saja memang tetap butuh kehati-hatian, seperti biasa, peranti lain bawaan pabrik yang ada di mobil jangan sampai terganggu,” urai pria yang pernah bertahun berkarier bagian aftersales service produk car audio merek Nakamichi yang diedarkan di Indonesia itu.
Hanya saja, pria ramah ini menyebutkan mobil listrik merek Tiongkok memang perlu perhatian lebih cermat. Baik untuk mobil mesin konvensional, terlebih mobil listrik. “Sistem perkabelan mobil-mobilnya sering tidak memakai warna deteksi yang sama dengan mobil-mobil lain yang ada,” kekehnya.
Kondisi tersebut tentu membuatnya harus melakukan pemeriksaan ulang atas setiap jalur kabel mobil listrik merek Tiongkok. “Ada alatnya juga sih untuk memeriksa dan memastikan jalur dan fungsi kabel yang ada di mobil,” kata pria yang sudah 10 tahun bersolo karier dengan klinik car audio-nya yang dirintisnya lebih dari 10 tahun yang lalu itu.
Komponen ‘2 in 1’
Rokhim kemudian menjelaskan secara khusus bahwa peranti car audio saat ini dimensinya compact karena perkembangan teknologi sudah semakin maju. “Sekitar 10-15 tahun lalu di pasaran marak power amplifier yang sudah built in signal processor, ada juga banyak beredar passive crossover untuk mendukung performa speaker, kini mayoritas produsen power amplifier yang terkenal sudah menggabungkan ketiganya dalam satu produk,” urai Rokhim sambil tertawa.
Secara awam, produk itu disebut sebagai ‘digital signal processor’ atau jamak disebut DSP. Jika sebelumnya sebuah power amplifier banyak yg built in fitur DSP maka kini kebalikannya.
Hal itu diterangkan oleh Fachrul, sales representatives dari Alpine Indonesia, ”Perkembangan terkini power amplifier sudah bisa menghasilkan daya dari komponen yang jauh lebih kecil, umumnya digabung saja ke dalam DSP,” ungkapnya yag juga ditemui di perhelatan hari jadi gerai CAS tersebut.
Memang meski kelihatannya sederhana, namun penggabungan keduanya tetap mengedepankan performa olah sinyal secara digital yan terbaik. “Produk yang baik memang harganya tidak terlalu miring, tapi jadi minim effort untuk instalasi, bahkan tinggal taruh di bawah jok saja sudah bisa,” kata Fachrul.
Soal label harga memang bisa belasan juta Rupiah, tetapi seluruh sistem in car entertainment baru menjadi seolah produk bawaan pabrik mobil karena ringkas penataannya.
“Karena fitur serta fungsi peranti menjadi lebih detail maka banyak produk car audio saat ini setelah disepakati ‘settinganya’ maka hampir bisa dipastikan tidak ada perubahan sampai peranti itu diganti untuk misalnya dengan sproduk yang lebih baru,” pungkas Fachrul. (EW)