Saat ini banyak produsen otomotif yang kesulitan merakit mobilnya lantaran kekurangan spare part seperti halnya chip semikonduktor. Krisis yang sudah dialamai sejak awal pandemi masih dirasakan hingga saat ini.
Bahkan sebagian produsen memilih untuk menghilangkan beberapa fitur agar produksi kendaraannya tidak mandek dan membuat daftar tunggu semakin panjang.
Seperti dilansir Reuters, Ola optimis tahun depan akan mulai meninggalkan pase krisis ini.
Selain itu, ketika industri otomotif melakukan transisi ke EV, Mercedes-Benz akan memainkan peran yang lebih aktif di seluruh rantai pasokannya sampai ke tempat penambangan bahan baku.
"Kami tidak berhenti di pabrik sel baterai. Kami harus melalui seluruh rantai nilai di sini karena ada begitu banyak yang bergerak," kata Kaellenius.
Sementara itu, ia juga menambahkan bahwa akan membutuhkan satu dekade untuk melakukan transisi pabrik mesin pembuat mobil konvensional menjadi hanya listrik sepenuhnya. Namun, proses transisi ini diyakini dapat dikelola secara teratur.
Kelangkaan chip semikonduktor masih menjadi masalah bagi industri di tanah air, termasuk otomotif. Bahkan, untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia melihat sebuah peluang investasi yang strategis, dan harus mendapatkan kesempatan tersebut.
Kementerian Perindustrian mengemukakan, Indonesia merupakan pasar yang besar bagi produk elektronika dan dapat memacu tumbuhnya industri chip semikonduktor.
Langkah ini, diyakini akan memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri sehingga bisa lebih berdaya saing.
"Selain itu, adanya perkembangan perangkat telekomunikasi dan otomotif khususnya kendaraan listrik (electrical vehicle/EV), serta digitalisasi di banyak sektor, juga semakin membuka kesempatan bagi industri semikonduktor," papar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangannya kepada media nasional.