Wacana pemerintah untuk batasi penggunaan BBM subsidi hingga mobil 1.500 cc telah digulirkan. Artinya mobil-mobil dengan kapasitas mesin lebih kecil dari itu tetap boleh menenggak BBM seperti Pertalite.
Mobil-mobil berkapasitas kecil di bawah itu seperti duo Toyota Calya-Daihatsu Sigra dengan kapasitas mesin 1.200 cc tetap boleh mengandalkan bensin dengan Research Octane Number (RON) 90 itu.
Akan tetapi khusus Duo Astra itu, kelonggaran penggunaan BBM ini justri jadi semacam buah Simalakama. Pasalnya berdasarkan spesifikasi dan anjuran pabrik mobil ini harusnya minum BBM dengan RON 92, bukan 90 seperti halnya Pertalite.
Didi mengatakan bahwa akan ada berbagai konsekuensi jika duo mobil kembar ini nekad tenggak Pertalite. "Mobil mungkin tidak akan signifikan alami knocking, karena teknologi pada sistem timing pembakaran mobil ini relatif bisa mengatasi hal tersebut. Namun tetap saja tidak sesempurna jika menggunakan bensin yang sesuai," jelasnya.
"Kinerja optimum tidak tercapai dan ruang bakar akan cepat Kotor (berkerak)," imbuhnya.
Namun ternyata tak hanya itu saja kendala yang dihadapi oleh dua mobil ini. Penggunaan bensin dengan spek di bawah ketentuan mengakibatkan masalah pada catalytic converter. Perangkat ini umurnya akan lebih pendek dari yang semestinya.
"Seringkali ditemui pada mobil-mobil dengan 'jam kerja' tinggi, seperti taksi online. Tak jarang mampet," tutur Sunardi, yang memegang brand catalytic converter cleaner Voltronic.
"Walau pada dasarnya bisa dibersihkan, namun tentu lebih baik diantipasi dengan penggunaan bensin yang lebih baik. Supaya perangkat ini umurnya lebih panjang," tutupnya.