Jaguar Land Rover bersiap melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) lagi gara-gara merosotnya penjualan mereka di Tiongkok, selain beberapa sebab lainnya. Menurut yang dikabarkan Reuters (10/1), bahwa pabrikan otomotif terbesar di Inggris tersebut akan melakukan pengurangan jumlah karyawan yang mencapai ribuan orang.
Mereka berasal dari berbagai level jabatan. Staf produksi di pabrik tidak akan terkena imbas ‘pada tahap ini’. Jaguar Land Rover mengambil langkah tersebut karena menghadapi penurunan penjualan dengan persentase dua digit di China sebagai efek perang dagang negara tersebut dengan Amerika Serikat. Di samping itu, permintaan terhadap mobil-mobil diesel di Eropa yang berkurang drastis juga mempengaruhi.
Sebagai gambaran, penjualan di ‘Negeri Tirai Bambu’ pada Juli sampai September terjun bebas 44 persen. Ini merupakan penurunan terbesar Jaguar Land Rover dibandingkan pasar mereka yang lain di seluruh dunia.
Torehan buruk itu membuat China berubah status dari pasar terbesar Jaguar Land Rover menjadi yang terkecil. Eksekutif pabrikan ini, pada Oktober, sempat mengatakan pabrik di Changsu sempat tidak beroperasi demi membiarkan stok di fasilitas perakitan maupun di dealer berkurang terlebih dahulu.
Ditambah lagi semakin tidak populernya mobil diesel di Eropa juga turut memukul bisnis Jaguar Land Rover. Pasalnya, model-model diesel selama ini bisa berkontribusi 90 persen terhadap penjualan mereka di Inggris dan 45 persen di pasar global.
Kondisi yang tidak mengenakkan di China, Eropa plus isu British Exit (Brexit) membuat mereka rugi 354 juta pound sterling (Rp 6,36 triliun) selama April – September, melakukan PHK 1.000 orang di Inggris, sempat menutup pabriknya di Solihull selama dua minggu dan mengurangi jumlah hari kerja di salah satu pabriknya yaitu Castle Bromwich.
Melihat ini, perusahaan otomotif milik Tata Motors tersebut juga telah mengungkap rencana memotong biaya serta meningkatkan aliran kas hingga 2,5 miliar pound sterling (Rp 44,93 triliun). Caranya antara lain dengan mengurangi biaya pegawai dengan mereduksi jumlah pekerja di berbagai level.
Semua kendala ini membuat penjualan Jaguar Land Rover secara global berkurang 4,4 persen selama 11 bulan pertama 2018 hanya mencapai 540.548 unit. Prediksi mencapai total produksi 1 juta unit pada akhir dekade pun kemungkinan meleset.