Vehicle Safety Course 2023 : Perangkat Keselamatan Semi-Otonom Semakin Diperlukan

Vehicle Safety Course 2023 : Perangkat Keselamatan Semi-Otonom Semakin Diperlukan

Vehicle Safety Course (VSC) adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Malaysian Institute of Road Safety Research (MIROS) dan ASEAN NCAP (New Car Assessment Programme). Pada penyelenggaraan ke enam kalinya ini, bekerja sama dengan Politeknik APP, kampus negeri milik Kementrian Perindustrian Republik Indonesia dan PT Karya Fajar Ultima (KyFU) yang merupakan perusahaan dalam bidang konsultan keselamatan jalan.

Dalam kegiatan VSC, disajikan pemaparan-pemaparan dari berbagai pihak yang peduli terhadap keselamatan di jalan, terutama dari para manufaktur kendaraan maupun para pembuat peralatan keselamatan. Dengan begitu, peserta VSC dapat memahami dan mendapatkan informasi yang lengkap tak hanya dari pihak manufaktur tetapi juga dari pembuat perangkat keselamatan.

Seperti halnya ASEAN NCAP (New Car Assessment Programme) menguji tingkat keselamatan pada kendaraan dan memberikan peringkat terhadap hasil uji tersebut untuk mobil yang dipasarkan di ASEAN, seperti juga di belahan dunia lainnya.

Dalam pemaparannya, pihak ASEAN NCAP diwakilkan oleh Adrianto Sugiarto Wiyono, ASEAN NCAP Technical Committee yang juga pengajar di Politeknik APP. Ia menjelaskan, bahwa banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. “Jika dibagi dalam prosentase, 60 persen disebabkan faktor manusia, 3 persen faktor kendaraan dan 5 persen faktor lingkungan, sisanya gabungan di antara faktor-faktor tadi,” paparnya.

Jika melihat angka tersebut, tentunya diharapkan adanya bantuan terhadap kemampuan manusia sebagai operator utama kendaraan di jalan. “Dari sana pihak pabrikan mengembangkan fitur-fitur yang membantu (assist) manusia dalam menjalankan kendaraan,” ujarnya.

Terbukti dengan semakin canggihnya fitur keselamatan di sebuah mobil saat ini. Hal itu pun diperkuat lagi oleh pemaparan dari pihak pembuat alat keselamatan, seperti Autoliv, yang cukup banyak membuat perangkat keselamatan pada kendaraan, seperti seat belt, sistem Radar dan lainnya. Salah satu yang dikedepankan adalah Automated Emergency Brake (AEB).

Pemaparan dari pihak pembuat perangkat keselamatan

Tidak saja dari pabrikan asal Swedia itu saja, pihak Bosch juga menjelaskan tentang perkembangan AEB di kendaraan.

Dengan mengandalkan kamera dan sensor di depan, maka jarak antar-kendaraan akan terdeteksi, sehingga ketika kendaraan lain di depan mengurangi kecepatan, maka otomatis akan ada lampu peringatan pada dasbor yang menyala diiringi bunyi tertentu. Namun, jika pengemudi belum menanggapinya dengan menginjak pedal rem, maka sistem akan melakukan pengereman secara otomatis agar mobil langsung mengurangi kecepatan, bahkan hingga berhenti.

Begitu juga dengan perangkat Rear Cross Traffic Allert (RCTA) dan RCTA + Brake, yang dipraktikkan dengan Toyota BZ4X di lapangan. Disimulasikan, ketika mobil bergerak mundur dari kondisi parkir, RCTA akan mendeteksi kendaraan lain di sekitar yang mendekat. Jika terdeteksi ada yang mendekat, maka secara otomatis mobil akan berhenti dulu, meski pedal rem tak diinjak sekalipun. Tujuannya untuk mencegah terjadinya tabrakan saat mundur dari lokasi parkir yang padat dengan pandangan terbatas.

RCTA + Brake, kendaraan tak bergerak ketika di belakang terdeteksi ada kendaraan laini

Dari berbagai pemaparan dan contoh yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan fitur semi-otonom sudah sangat diperlukan di Indonesia, sepeda motor merupakan salah satu hal yang patut diwaspadai di jalan. Salah satu upaya adalah dengan menggunakan kendaraan yang memiliki fitur berupa kamera tambahan untuk mendeteksi benda-benda yang tak tampak dari cermin spion (blind spot).

Dapatkan update berita pilihan dan terbaru setiap hari dari otodriver.com. Mari bergabung di Channel Telegram OtoDriver, caranya klik link https://t.me/otodriver, kemudian join. Anda Harus install aplikasi telegram terlebih dahulu.

 
 
 

Bagikan

Rekomendasi

Bus-truck.id

    Otorider.com