OTODRIVER - Kemelut soal uji keamanan yang membelit Daihatsu, dan juga Toyota, memang sangat merepotkan duet otomotif ini.
Bagaimana tidak, ada ratusan proses verifikasi pengujian yang tidak dilakukan secara benar dalam puluhan tahap uji keamanan, terjadi beberapa kali sejak kuartal kedua 2023.
Namun seperti apa uji keamanan yang tidak dilakukan sebegaiamana mestinya bisa dilihat pada unit test yang berkode UN-R135. Unit ini nantinya akan menjadi produk masal bernama Toyota Raize Hybrid dan juga Daihatsu Rocky Hybrid. Keduanya proses produksinya di bawah naungan Daihatsu Motor Corporation.
Awalnya kejadian ditemukan saat proses uji keamanan atas keduanya, masing-masing diberi target produksi 56.111 unit Toyota Raize hybrid dan 22.329 Daihatsu Rocky Hybrid. Totalnya ada 78.440 unit.
Masalah muncul pada sesi uji tabrak samping di mana ditemukan perbedaan antara detail mobil yang berupa gambar teknik dengan kondisi sebagaimana ada pada mobil. Kejadian ini ditengarai muncul perdana bulan April, dan tim internal audit memastikan adanya masalah pada bulan Mei.
Selain itu didapati kejanggalan dengan pengumpulan data titik tabrak pada sisi kiri namun yang sebenarnya dilakukan adalah uji tabrak pada sisi kanan. Dalam pengetesan ditempatkan ‘crash test dummy’ pula. Begitu pula ada data yang menunjukkan dilakukannya rencana pengujian di sisi kanan, namun pada kenyataannya pegujian terjadi pada sisi kiri dengan data hasil pengujian pada sisi kanan.
Pada bulan April juga ditemukan keanehan pada uji keamanan pada posisi jok depan Toyota Yaris ‘Active’ dan Agya. Yaitu adanya bagian dalam pelat pintu yang sengaja ditambah potongan pelat besi agar ketika ada benturan akan membuat pintu lebih kuat.
Kondisi tidak sinkronnya olah data tes tabrak dan realisasi uji tabrak tersebut memang berbeda-beda kejadiannya antar model maupun varian. Namun begitu, Soichiro Okudaira, selaku President and Representative Director of Daihatsu Motor Corporation, saat konferensi pers beberapa waktu lalu (20/12) menyebutkan bahwa ia yakin kalau rangkaian kejadian ini bukanlah hal yang disengaja.
“Ada banyak hal yang bisa menjadi latar belakang terjadinya sejumlah fraud tersebut, saya merasa manajemen kami perlu melakukan reformasi atas proses kerja secara serius,” ungkap Okudaira-san.
Pihak Toyota Motor Corporation yang juga mengumumkan kondisi di anak perusahaannya itu bahwa kejadian ini tak kurang melibatkan 900.000 temuan dari 174 tahap uji dalam rangkaian 25 jenis pengujian.
Untuk sementara juga dilakukan penghentian proses produksi pada sejulah mobil bermerek Toyota; Pixis Epoch, Copen, Pixis Van, Pixis Truck, Raize, Roomy, Town Ace, dan Probox.
Tetapi pernyatan dari Representative Director and Vice President Toyota Motor Corporation, Hiroki Nakajima, dalam konferens pers yang sama menduga ada proses kerja yang ‘terburu-buru’ akibat kurangnya sumber daya sebagai salah satu pencetus skandal ini.
“Sejak tahun 2014, kami nampaknya kurang menyadari bahwa adanya peningkatan jumlah secara drastis atas kendaraan yang harus dibuat Daihatsu dalam skema OEM, khususnya pada mobil kecil dan unit yang dijual di luar negeri, mungkin ada kondisi yang memperberat beban kerja di area kerja pengembangan dan sertifikasi pengujian,” ungkap Nakajima-san.
Saat ini, sejumlah pihak ketiga telah diminta untuk mencari penyelesaian atas masalah ini, termasuk instansi milik pemerinta yang terkait di Jepang.
Pihak Daihatsu di Indonesia melalu Direktur Marketing dan Direktur Corporate Planning & Communication PT Astra Daihatsu Motor, Sri Agung Handayani, menyebutkan bahwa, "Kami bersama principal telah memastikan bahwa semua kendaraan Daihatsu yang diproduksi, didistribusi, dan dipasarkan di Indonesia tidak memiliki masalah kualitas dan keselamatan. Kendaraan Daihatsu juga sudah memenuhi regulasi yang berlaku. Dan kami tetap berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia. Pelanggan Daihatsu tetap dapat menggunakan kendaraannya dengan aman dan nyaman.".(EW)