Toyota dan Suzuki berencana untuk melakukan penutupan sebagian pabrik di Pakistan pada bulan depan karena tidak tersedianya bahan baku di tengah pembatasan impor dan volatilitas nilai tukar.
Seperti dilansir Reuters, Pemerintah negara itu dalam beberapa pekan terakhir telah berusaha untuk mengekang impor dalam menghadapi cadangan devisa yang menipis dengan cepat, mata uang yang menurun, dan defisit transaksi berjalan yang melebar, yang menyebabkan mata uang Rupee kehilangan lebih dari 20 persen nilainya tahun ini.
Langkah ini memiliki efek cascading pada industri yang bergantung pada impor untuk menyelesaikan barang jadi karena mereka mengatakan bank sentral telah menunda izin letter of credit, dengan bank menghadapi kekurangan dolar, mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengimpor bahan.
“Akan ada 10 hari kerja bulan depan, hanya jika bank sentral mengizinkan kami untuk membuka letter of credit berdasarkan kuota yang mereka janjikan,” kata kepala eksekutif di Indus Motor Company Ltd yang merakit kendaraan Toyota di Pakistan Ali Asghar Jamali, dikutip Reuters, Kamis.
Dia mengatakan perusahaan menawarkan pengembalian uang kepada pelanggan yang menghadapi penundaan dan markup pada pembayaran mereka, dengan pengiriman kemungkinan akan tertunda setidaknya tiga bulan dan harga akan direvisi karena negara tidak memiliki dolar yang tersedia.
Cadangan dengan bank sentral telah jatuh ke level 9,3 miliar dollar AS, cukup untuk menutupi kurang dari dua bulan impor. Defisit transaksi berjalan untuk tahun keuangan terakhir menyentuh 5 persen dari PDB dengan impor mencapai rekor tertinggi.
Pak Suzuki, yang merakit kendaraan Suzuki secara lokal, menggemakan sentimen tersebut, mengutip mekanisme baru bank sentral untuk persetujuan impor sebelumnya.
"Pembatasan berdampak buruk pada izin kiriman impor dari pelabuhan," kata kepala humas Pak Suzuki Motors, Shafiq A. Shaikh. Dia mengatakan tidak tersedianya bahan dapat mengakibatkan penutupan pabrik pada bulan Agustus.
"Jika situasi yang sama terus berlanjut, maka mulai Agustus 2022 kami memiliki masalah besar," kata Syaikh. Bank Negara Pakistan tidak menanggapi permintaan komentar.
Penjualan mobil rakitan lokal di Pakistan melonjak sekitar 50 persen dari Juli 2021 hingga Mei 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut data Asosiasi Manufaktur Otomotif Pakistan.