Efek yang ditimbulkan dari pandemi virus corona (COVID-19) ternyata tak semuanya negatif. Salah satu efek positifnya, tingkat kemacetan atau congestion level di Jakarta turun drastis.
Foto: Dishub DKI
Sebagaimana yang diketahui masyarakat memang sudah banyak mengurangi kegiatan di luar rumah dan termasuk bekerja dari rumah alias work form home (WFH). Hal tersebut menjadi faktor utama berkurangnya kemacetan di Jakarta.
Berdasarkan survei yang dilakukan TomTom Traffic Index, yang disajikan dengan data real time, selama 7 hari belakangan ini, kemacetan di Jakarta turun 36 persen sampai 46 persen, pada jam sibuk, baik pagi maupun sore hari.
Padahal sebelum adanya kebijakan WFH dan pengurangan aktivitas di luar rumah, indeks kemacetan tertinggi pada jam-jam sibuk pagi dan sore atau pada rentang 49 persen ke 75 persen.
Contohnya pagi hari kemarin (26/3), sekitar pukul 09.00 WIB, tingkat kemacetan di Jakarta turun hingga 51% dari rata-rata tingkat kemacetan tahun lalu. Tingkat kemacetan di Jakarta hanya 9 persen. Padahal, rata-rata tingkat kemacetan tahun 2019 di Jakarta pada hari dan jam yang sama mencapai 60%.
Selama 7 hari belakangan ini, tingkat kemacetan paling tinggi jatuh pada Jumat (20/3) sore hari pukul 18.00 WIB. tingkat kemacetan di Jakarta mencapai 52 persen. Angka itu pun turun sekitar 46% dari rata-rata tingkat kemacetan Jakarta pada 2019 yang mencapai 98% di jam dan hari yang sama.
Masih berdasarkan data TomTom, pada 2019 Jakarta menempati posisi ke-10 sebagai kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di dunia, dari total 416 kota di 57 negara di dunia. Dengan menurun drastisnya tingkat kemacetan maka logikanya tingkat polusi udaranya juga ikut menurun.