Selain adanya penurunan penjualan domestik, lini ekspor mobil CBU juga terpantau mengalami penurunan. Hal ini diakui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), dilaporkan adanya penurunan ekspor sebanyak 6 persen.
Menurut pabrik Toyota Indonesia itu, penurunan tersebut merupakan dampak dari gejolak perekonomian global serta adanya tendensi proteksionisme di beberapa negara.
Beberapa penyebab turunnya kinerja ekspor kendaraan buatan Toyota Indonesia ini antara lain juga dikarenakan kondisi perekonomian di negara destinasi tujuan ekspor terutama di kawasan Timur Tengah dan Filipina.
Dalam laporan di siaran persnya, PT TMMIN menyebut volume ekspor CBU alias kendaraan utuh bermerek Toyota pada Januari hingga April 2019 tercatat sebanyak 61.600 unit atau turun 6% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 lalu dengan jumlah 65.700 unit.
Dari total volume ekspor CBU Toyota Indonesia tersebut, kontributor terbesar masih dipegang oleh Fortuner dengan volume 14.400 unit atau 23% dari total volume ekspor. Sedangkan CBU terbanyak dieskpor kedua adalah All New Rush dengan volume 12.600 unit (20%). Model lainnya yang diekspor adalah Agya di urutan tiga terbanyak dan model-model lainnya adalah Vios, Avanza, Kijang Innova, Sienta, Yaris serta Town Ace atau Lite Ace.
Menanggapi kondisi performa ekspor yang tertekan, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT TMMIN, Bob Azam menjelaskan bahwa situasi yang terjadi saat ini merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan dan menjadi resiko yang telah diperhitungkan oleh korporasi.
“Naik turunnya kondisi perekonomian di sebuah negara tujuan ekspor merupakan hal di luar kontrol atau kendali kita dan tidak terhindarkan. Namun demikian, hal-hal seperti ini tentu telah kami perhitungkan dalam manajemen resiko,” ungkap Bob Azam.