Kehabisan bahan bakar hingga mesin mati tentu bukan yang ada di benak tiap pengendara di jalan. Tapi itu niat saya di tes spesial kali ini. Dari 3 BMW yang kami beri tantangan, saya mendapat tugas berjalan dengan satu tangki penuh BBM hingga mesin mati.
Tugas yang termudah. Setidaknya begitu di benak. Toh, mobil yang saya bawa merupakan sedan cukup besar dari BMW, pastilah tak butuh jarak terlalu jauh untuk menghabiskan seluruh bahan bakarnya. Namun saya langsung menyadari kalau pikiran itu salah.
Tentu saja hal pertama yang dilakukan adalah mengisi bahan bakar sepenuh-penuhnya. Saya pun melajukan mobil ke SPBU Pertamina untuk mengisi Pertamina DEX, bahan bakar diesel terbaik di Indonesia saat ini.
Sesaat setelah mengisi penuh, rona muka saya berubah ketika melihat tampilan komputer di instrumen yang menyatakan prediksi jarak tempuh hingga bensin habis adalah 1.253 km. Itu mirip dengan jarak Jakarta-Bali.
Komputer itu sendiri memprediksi jarak tempuh dengan mengkalkulasi berdasarkan 2 hal, yakni jumlah bahan bakar di tangki serta konsumsi BBM rata-rata yang dilalui beberapa saat terakhir. Artinya dengan dengan kapasitas tangki 70 liter menurut brosur, komputer mendeteksi mobil ini sudah berjalan dengan konsumsi rata-rata di atas 17 km/liter.
Ah sudahlah, saya pun langsung melajukannya. Selama pengetesan ini, ada beberapa aturan yang ditentukan oleh kami sendiri. Pertama mobil harus selalu dilajukan dengan mode Eco Pro yang akan membuat setting mesin dan transmisi untuk kehematan maksimal.
Lantas, meski tak perlu menyetir hemat dan melaju sangat pelan, saya juga dilarang untuk berakselerasi mendadak dengan mobil. Karena inti dari pengetesan ini, seberapa jauh mobil bisa melaju dengan satu tangki BBM dalam pengendaraan normal.
Lima hari berjalan di Jakarta dan menempuh lebih dari 500 km tak membuahkan hasil menggembirakan. Bahan bakar tersisa masih 75% dan komputer menunjukkan jarak tempuh tersisa masih 700-an km lagi. Untunglah karena tes ini dilakukan saat liburan Lebaran, saya dan keluarga memiliki rencana untuk berjalan ke Cirebon.
Seperti biasanya saat liburan panjang, jarak Jakarta-Cirebon yang hanya sekitar 250 km harus ditempuh dalam waktu 5 jam lebih. Itu karena kemacetan di Tol Cikampek sejak keluar Jakarta hingga gerbang tol Cikopo. Baru setelah itu lancar.
Ketika berjalan konstan 80-100 km/jam di tol, BMW 520d ini mencatat kehematan di atas 30 km/liter. Luar biasa, mengingat bobot yang diusung mobil ini. Belum lagi unit mesin turbo diesel 2.000 cc-nya sanggup memuntahkan tenaga 190 dk dan torsi 400 Nm.
Sejumlah teknologi maju memang diterapkan BMW di mobil ini. Pertama adalah mesin dieselnya yang begitu efisien membakar bahan bakar, meski harus diakui kalau suaranya tak semerdu unit bensin 6 silinder.
Lantas transmisi 8-speed yang diusungnya benar-benar memberi fleksibilitas ekstra pada mobil ini. Akselerasinya kuat dengan perbandingan gigi rapat, namun ketika melaju di kecepatan tinggi ia juga mampe merendahkan putaran mesin. Saat berjalan 100 km/jam, mesin hanya berputar 1.500 rpm.
Sistem auto start-stop juga hadir sebagai standar di mobil ini. Jadi ketika Anda berhenti di kemacetan atau di lampu lalu lintas, secara otomatis mesin mati. Baterai yang menyuplai listrik selama mesin mati juga diisi ulang via energi kinetik saat pengereman. Memang saat mesin menyala lagi ada getaran cukup terasa, namun Anda bisa menonaktifkannya jika tak ingin kenyamanan terganggu.
Kemudian BMW juga memiliki lagi teknologi yang dinamai mereka sebagai Coasting. Intinya, pada saat Anda melepas gas, hubungan antara ban dan transmisi juga dilepas. Sehingga tidak ada efek engine brake dan mobil bisa melaju tanpa kehilangan kecepatan banyak saat lepas gas.
Dipadu dengan bodi aerodinamis, tak pelak paduan seluruh teknologi tadi membuat mobil ini mampu mencatat kehematan lebih baik dibanding city car sekalipun. Dan saya tahu perjalanan ke Cirebon ini tak akan mampu menghabiskan bahan bakar tersisa di tangki.
Benar saja, walau sudah berjalan 5 hari di Jakarta dan sampai ke Cirebon, bahan bakar masih tersisa setengah. Tanpa ada keraguan, saya pun aktif berjalan-jalan di Cirebon, karena yakin betul bahan bakar masih cukup sampai ke Jakarta lagi.
Dalam perjalanan pulang yang relatif lebih lancar, saya sekeluarga mencapai Jakarta dengan catatan kehematan mengagumkan, yaitu 21 km/liter. BBM tersisa? Masih seperempat lagi!
Di sini saya mulai khawatir. Liburan sudah mau habis dan mobil mesti dikembalikan, namun Pertamina DEX di tangki tak kunjung kering. Bisa gagal pengujian ini bila saya tak mampu menghabiskannya di 3 hari tersisa.
Di sela waktu luang, saya pun terus menjalankan mobil ini. Bayangkan betapa menggemaskannya menanti BBM habis namun harus sambil berkendara normal. Saya bisa saja menekan habis gas terus menerus, tapi bukan seperti itu maksud dari pengetesan ini.
Dua hari tersisa, saya bersama Rifie dan Diandra sudah harus kembali bertemu mendiskusikan hasil pengetesan kami. Akhirnya dalam perjalanan ke titik bertemu mereka, komputer mobil menyatakan jarak tempuh tersisa atau Range menyentuh 0 km. Saat itu tripmeter mencatat jarak 1.204 km. Artinya sekarang mobil tinggal berjalan dengan BBM tersisa di tempat penampungan cadangan alias reserve.
Tak dinyana, hingga 30 km setelah Range menyentuh 0, mobil masih berjalan normal. Terpaksa setelah shooting penutupan bersama 2 rekan saya tadi, BMW 520d ini masih harus terus melaju.
Dengan tubuh mulai kelelahan, akhirnya di hari terakhir pada pukul 12 malam, mesin pun mati. Gembira! Sebuah kata yang tak pernah terpikir untuk diucapkan pada saat mobil kehabisan BBM. Tapi ya, saya senang akhirnya tantangan ini berakhir juga.
Angka yang dicatatkan BMW 520d sungguh fenomenal. Dengan satu tangki penuh Pertamina DEX, mobil ini sanggup melaju total 1.328 km! Konsumsi BBM rata-rata menurut MID sendiri berada di atas 17 km/liter, padahal kecepatan rata-rata hanya 36 km/jam.
Satu lagi yang cukup menggelitik, dari perhitungan kami ternyata masih tersisa 6-7 liter bahan bakar lagi saat Range menunjukkan angka nol. Makanya ia masih bisa melaju 130-an km lagi. Kalau Anda bisa sampai kehabisan BBM di BMW 520d, mungkin itu memang kesengajaan seperti yang kami lakukan. Karena kami belum pernah kenal orang yang berani melaju 100 km lebih saat bensin sudah 'E' dan Range sudah nol.
KESIMPULAN:
Dengan tangki bahan bakar besar dan kehematan menakjubkan, BMW 520d dapat melaju sangat jauh dengan sekali isi bahan bakar, tepatnya 1.328,7 km, dalam kondisi bervariasi. Nyaris mustahil mencari mobil lain di Indonesia yang dapat berjalan sejauh itu. Tak pelak, Anda akan jarang ke SPBU. Sungguh hebat melihat bagaimana hasil teknologi BMW membuat sedan besar ini melaju lebih jauh dari yang bisa kita bayangkan.
SPESIFIKASI TEKNIS
BMW 520d Luxury
Harga: Rp 929 juta - off the road
Kapasitas Mesin: 1.995 cc 4 silinder turbo diesel
Tenaga maksimum: 190 dk/4.000 Rpm
Torsi maksimum: 400 Nm/1.750 rpm.
Transmisi: Otomatik 8-Speed
Penggerak: Rear Wheel Drive
BACA JUGA: