Mobil turbo terlebih jenis mesin diesel sudah cukup populer di Indonesia. Dengan tambahan unit turbo, maka mobil akan menghasilkan kemampuan muntahan mesin yang lebih besar dan juga bersih.
Namun demikian, muncul suatu permasalahan di mana turbo secara berkala akan mengalami kerusakan apabila mesin sering dimatikan saat mobil habis dibawa jarak jauh atau diajak untuk jalan dalam kecepatan tinggi.
Hal ini akan menimbulkan keausan pada beberapa komponen dari turbo dan tentunya apabila rusak akan cukup menguras kantong. Karenanya kemudian dari dunia aftermarket muncul perangkat yang di kalangan luas dikenal sebagai turbo timer. Perangkat turbo timer ini akan memberi jeda beberapa saat bagi mesin untuk tetap hidup, menurunkan temperatur dan juga putaran turbo sebelum mesin mati.
“Memang ada anjuran untuk memasang turbo timer pada mesin-mesin modern. Tujuannya supaya mengurangi terjadinya kerusakan mekanikal yang disebabkan oleh kesalahan manusia saat mematikan mesin,” terang Didi Ahadi Dealer Technical Support Departement Head PT Toyota Astra Motor (TAM), saat dihubungi OtoDriver, (25/02).
“Walau sebenarnya kehadiran turbo timer ini boleh dikatakan sebagai anjuran saja. Jika tidak memasangkan unit turbo timer, pemilik mobil turbo harus paham perilaku mesin mobilnya dan tidak boleh langsung mematikan mesin, terlebih jika mobil baru jalan jauh atau kecepatan tinggi,” sambungnya.
“Dan bagi yang sudah menggunakan turbo timer, sebaiknya juga memperhatikan seting waktu untuk perangkat tersebut. Waktu sebaiknya diseting antara 30 hingga 60 detik,” lanjutnya. “Namun jika lebih dari 60 detik juga tidak jadi masalah, semisal hingga 120 detik,” sahut Reizy Viraldy dari bengkel XC-Trial yang banyak menangani mesin diesel.
“Kondisi turbo akan lebih aman dengan asumsi akan lebih dingin, namun kadang bikin risi karena mesin nyala dengan waktu relatif lebih lama,” tutupnya.