Tranmisi otomatik kini menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kondisi lalulintas yang biasanya kerap macet jadi salah satu alasan mobil matic banyak dipilih.
Transmisi dua pedal yang populer di Indonesia terdiri dari dua tipe, yakni otomatik konvensional dan CVT.
“Jika transmisi otomatik konvensional penggantian olinya setiap 40.000 km, untuk transmisi CVT kami anjurkan setiap 30.000 km ujar Hermas Efendi Prabowo selaku Owner bengkel Worner Matic, bengkel umum spesialis matic saat dihubungi oleh tim OtoDriver.
Alasannya adalah karena transmisi CVT memiliki sabuk baja. Jika melewati kemacetan dengan suhu temperatur yang tinggi, maka akan meningkatkan temperatur oli dan sabuk baja tersebut menjadi rentan.
“Kondisi jalan di Jakarta itu banyak kemacetan. Tentunya hal ini membuat suhu temperatur oli di dalam transmisi menjadi tinggi. Jika oli tidak diganti secara berkala, maka sabuk baja tersebut bisa putus. Kalau sudah putus, mobil tidak bisa berjalan,” tambah Hermas.
Mobil matic bertransmisi CVT sendiri memang punya sejumlah keunggulan. Tak sedikit pabrikan yang menyebut jenis transmisi ini memiliki performa dengan efisiensi bahan bakar, tarikan lebih mulus dengan kinerja yang lebih baik di banding transmisi otomatis versi konvensional.
Sementara masih banyaknya konsumen yang memilih mobil matic berjenis konvensional bukan cuma karena harganya lebih murah. Mobil dengan transmisi matic konvensional disebut masih memberikan kesan fun to drive dengan hentakan saat akselerasi yang khas.