BUS-TRUCK – Bisa jadi sering terlihat di kaca samping bus saat dilakukan rilis perdana atau saat tampil di perhelatan otomotif nasional akan sebuah merek Songz.
Ya, ini adalah produsen pendingin kabin asal Negeri Tirai Bambu yang berdiri tahun 1998. Bermarkas di Shanghai, Tiongkok.
Meski bisa disebut ‘pendatang baru’ di arena pendingin kabin kendaraan komersial namun sejatinya pabrikan yang satu ini sudah punya basis produksi di berbagai negara. Setidaknya ada 30 negara di seluruh dunia sebagai unit produksi Songz.
Jika menyebut merek bus asal Cina seperti BYD, Golden Dragon, Foton, maupun JAC maka hampir bisa dipastikan sistem pendingin udara dalam kabinnya produksi pabrikan yang memilik total 17 pabrik itu.
Tentu saja itu termasuk produk bus merek tersebut yang beredar di Indonesia. Khusunya bus tenaga listrik.
Khusus untuk bus listrik secara spesifik memang dirambah pabrikan
Bahkan di sejumlah negara seperti Brazil, Turki, Thailand maupun Vietnam, menurut laman Sustainablebus, menguasai pasar sampai 90 persen.
Pabrikan yang berdiri 26 tahun itu telah merilis setidaknya 250 ribu unit peranti maupun sistem pendingin udara kendaraan komersial.
Untuk segmen bus, pabrikan yang punya 387 engineer itu memang punya kekuatan khusus untuk pendinginan kabin di bus listrik. Baik yang berspesifikasi panjang 6 meter sampai 25 meter (bus gandeng).
“Performa pendinginan kabinnya memang harus diakui dalam level yang sangat baik, hembusan udaranya tidak kencang, tapi tetap dingin hasilnya di tubuh penumpang tapi sejuk,” ungkap seorang penggawang produk AC spesialis bus asal Jakarta yang ditemui beberapa waktu lalu (7/12).
Pria yang tidak mau disebutkan namanya itu, menyebut bahwa fasilitas produksi Songz di Indonesia juga terbilang sangat modern.
Kinerja perusahaan yang bernama lengkap Songz Automobile Air Conditioning Co., Ltd itu bisa jadi tidak terlepas dari begitu banyak paten teknologi sistem pendingin udara pada kendaraan yang dimiliki.
Setidaknya ada 1.200 paten yang sudah dimiliki oleh pabrikan yang secara total diperkuat oleh 4.000 karyawan tersebut. (EW)
Baca juga: Ini ‘Beda’ Spesifikasi Bus Pariwisata Dibandingkan Bus AKAP