OTODRIVER – Kalau melihat masifnya ekspansi pabrikan EV dari Tiongkok setidaknya setahun dua tahun ini, masih ada yang bertanya bagaimana itu semua bisa terjadi dengan begitu banyak jenama yang kemudian muncul.
Meski tidak pernah disampaikan secara resmi namun kehadiran 500 startup yang fokus membangun EV tak lepas dari peran pemerintah Tiongkok sendiri yang menjadi penyandang dana awal.
Selain itu, ekspansi tersebut merupakan bagian dari rencana strategis pemerintah Tiongkok untuk hadir sebagai kekuatan baru di peta industri otomotif dunia.
Namun mulai tahun 2025 nampaknya seleksi alam atas keberadaan pabrikan mobil listrik Tiongkok sudah mendekati masa penentuan. Akan ada jenama dan pabrikan yang bakal hilang sama sekali.
Dikutip dari laman Channel News Asia (28/12), Stephen Dryer yang merupakan petinggi firma konsultasi bisnis otomotif AlixPartners menyebutkan bahwa sampai bulan Juli 2025 hanya ada 25 merek otomotif Tiongkok yang masih bisa meraup keuntungan bisnis sampai lima tahu ke depan.
Angka 25 jenama itu merupakan 10 persen dari populasi merek otomotif yang asli Tiongkok sampai saat ini.
Salah satu penyebabnya adalah kebijakan pemerintah Tiongkok sendiri yang mulai mengetatkan pengawasan industri serta akses pembiayaan terhadap pabrikan dalam negeri mereka. Beragam subsidi perpajakan maupun tarif semakin terus dikurangi.
Disebutkan pula bahwa produksi kendaraan baru, dengan beragam jenis dapur pacu, yang kini angkanya masih jutaan unit diperkirakan bakal berada pada posisi angka konservatif sekitar 750 ribuan unit.
Banyak pabrikan sudah tidak lagi beroperasi
Akibat pengetatan insentif dan regulasi turunannya membuat sejumlah pabrikan Tiongkok memang akhirnya sudah ada yang gulung tikar. Bahkan untuk menembus pasar otomotif dalam negeri mereka sendiri tidak mampu.
Beberapa merek yang sudah tidak aktif lagi dalam setahun ini, dikutip dari laman EVBoosters, seperti HiPhi, WM Motor, Byton, LeEco EV, Saleen China, Singulato Motors, Levdeo, Bordrin Motors, dan Qiantu Motors. Penyebabnya mulai dari tidak mampu memenuhi target industri sampai mundurnya investor.
Diperkirakan masih ada sekitar 450 merek lagi akan hilang dari peredaran sampai tahun 2030.
Nama-nama seperti yang banyak dipercaya bisa bertahan, bahkan terus berkembang pesat, antara lain; GAC Motors, Seres, Xpeng, BYD, Changan, Nio, Geely, Zeekr, Aito, Avatr, IM Motors, Xiaomi, Denza, Li Auto, Leapmotor, Chery, JAC Motors, Hozon Auto (Neta), SAIC, maupun GAC Motors.
Jenama yang bisa bertahan itu akibat strategi yang nyata sukses seperti melakukan produksi lokal di luar Cina. Selain itu juga didukung damak dari menjalani kolaborasi secara aktif dengan pabrikan lain non Tiongkok juga disebut sebagai langkah cerdas untuk lebih dari sekadar bertahan di pasar.
Terlebih lagi industri pendukung di Tiongkok yang berada di segmen NEV (New Energy Vehicle) nampak terus berinovasi gilan-gilaan. Sebut saja biaya produksi membuat baterai EV masih yang terrmurah di dunia. Termasuk masih banyaknya temuan baru soal performa dan dimensi baterai untuk EV.
Kemudian waktu rata-rata pengembangan satu model mobil dari tahap prototype sampai produksi massal dari pabrikan Tiongkok juga masih tercepat di dunia yaitu 18 bulan. Pabrikan Eropa masih berada di rerata waktu 36 bulan. (EW)
