OTODRIVER – Regulasi emisi di wilayah Eropa sudah lama dikenal sangat ketat, bahkan ada idiom yang menyebutkan kalau standar gas buang di Benua Biru itu nyaris mustahil bisa dipenuhi oleh pabrikan kelas dunia paling sohor sekalipun.
Ketatnya regulasi emisi di Eropa juga berujung pada penerapan yang juga instensif dilakukan oleh negara-negara di sana. Termasuk di Inggris Raya.
Namun dikutip dari Reuters beberapa waktu lalu (13/10), regulator industri otomotif serta aparat penegak hukum, dalam hal ini London High Court, melansir pengumuman adanya indikasi mengakali standar emisi di seantero Inggris dari sejumlah pabrikan.
Itu bukan sekadar gertakan, karena seruan untuk menyeret pabrikan otomotif ke meja hijau di sana disuarakan berdasarkan 1,6 juta laporan yang dikumpulkan oleh barisan pengacara.
Kejadian saat ini bak mengingatkan lagi kasus bertahun lalu dimana pihak Volkswagen jadi pesakitan atas kasus yang dijuluki ‘Dieselgate’.
Kali ini yang akan dimintai pertanggung jawaban adalah nama-nama seperti Mercedes-Benz, Ford, Nissan, Renault, serta grup Stellantis yang membawahi Peugeot serta Citroen. Semuanya diberi sangkaan awal telah melakukan penipuan standar uji emisi di rentang tahun 2012-2017.
Barisan kampiun otomotif itu dituduh telah memasang alat khusus yang illegal yang berfungsi untuk menetapkan batas emisi Nitrogen Oksida (NOx) di tingkat tertentu yang sesuai regulasi saat dilakukan uji emisi.
Padahal setelah pengujian didapati data hasil emisi NOx yang nyata ternyata jauh lebih tinggi saat mobil beroperasi di jalanan. Bukan main-main, toleransi emisi yang dilanggar sampai 12 kali lipat dari yang seharusnya.
Konsekuensi hukum dari kejadian itu jika terbukti akan berjung pada penanganan dampak pada lingkungan serta memberikan kompensasi bagi konsumen.
Para pabrikan yang disangka melakukan hal janggal itu menyanggah temuan awal tersebut. Umumnya mereka berpendapat kalau ada alasan yang dapat dibenarkan secara regulasi jika ada sistem pengendalian emisi yang dikalibrasi secara spesifik agar bekerja dengan pola yang berbeda dalam kondisi pengujian tertentu.
Mereka juga menolak adanya kemiripan dengan skandal yang mencuat pada tahun 2015.
Ketika itu pihak VW mengakui telah menggunakan alat pengecoh emisi, dan kejadian tersebut ternyata menghantui industri otomotif sampai sekarang.
Pihak yang berwenang di Inggris tetap tidak bergeming dengan sanggahan para pabrikan itu. Proses hukum akan dimulai pertengahan tahun 2026 dengan fokus penyelidikan pada 20 mobil bermesin diesel yang diproduksi oleh pabrikan-pabrikan tadi. (EW)
