OTODRIVER – Hyundai sebagai salah satu merek pelopor mobil listrik di Indonesia. Namun pihaknya mengungkapkan bahwa terus menemukan tantangan dari waktu ke waktu.
Fransiscus Soerjopranoto selaku Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) menjelaskan bahwa dahulu konsumen meragukan mobil listrik lantaran infrastruktur pengisian daya yang masih sangat sedikit.
“Kalau dulu tantangan terbesarnya charging station karena konsumen berpikir bagaimana mengisi daya, dan itu masih berlanjut hingga kini. Jadi 2024 walaupun kita sudah bisa bikin charging station di atas 200 unit kita masih terus mau kembangkan. Bahkan kita kerja sama dengan vendor-vendor atau partner charging station yang lain karena kita mesti edukasi ke konsumen,” jelas Frans saat momen Media First Impression Hyundai Kona di Kawasan PIK 2 Banten, Jumat (12/7).
“Yang kedua adalah masalah safety atau keamanan mobil listrik. Masih ada beberapa konsumen merasa bahwa mobil listrik itu tidak aman, tapi kan hingga sekarang belum ada pernah laporan orang yang kesetrum, dan sebagainya. Sejauh ini memang mobil listrik masih dianggap aman, terutama Hyundai juga gak ada yang mobilnya sampai kebakar dan lain sebagainya,” tambahnya.
Lalu, faktor aftersales menjadi faktor penting konsumen untuk membeli mobil listrik
“Kemudian yang ketiga adalah aftersales. Bagaimana ketersediaan sparepart di masa depan. Kalau menjual kendaraannya sekarang gampang. Tapi apakah 2-3 tahun kemudian konsumen di Indonesia masih bisa mendapatkan sparepartnya? Itu yang Hyundai akan pastikan. Termasuk nanti kualitas servisnya. Kualitas servisnya apakah bisa lebih cepat lagi memperbaiki troubleshooting bisa ditangani dengan baik saat emergency, itu jadi tantangan ke depannya,” tutup Frans.
Saat ini, Hyundai memiliki total 105 jaringan dealer di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Hyundai menjadi satu-satunya merek yang punya SPKLU Ultra Fast Charging dengan daya 240 kW di salah satu pusat perbelanjaan di Kawasan Jakarta Pusat. (AW).