OTODRIVER - Perlu disadari bahwa Indonesia merupakan negara dengan potensi ketahanan energi yang besar. Salah satunya adalah kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) yang begitu masif tersebar di berbagai wilayah.
Hidrogen Hijau cukup potensial diproduksi di Tanah Air, yang menjadikan Indonesia sebagai produsen hidrogen yang cukup besar. Bahkan dapat dijadikan komoditas ekspor yang cukup menjanjikan.
Potensi EBT hidrogen tersebut berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) tersebar terutama di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Barat dan juga Papua.
Selain nikel yang menjadi bahan baku baterai EV, hidrogen hijau juga menjadi potensi baru sumber energi bersih yang hanya mengeluarkan uap air dan tidak meninggalkan residu di udara atau menambah emisi karbon gas.
"Dalam pengejaran Net Zero Emission (NZE) di Indonesia, multi-parties sudah bergerak untuk membuat 3 ekosistem: Biofuel, Baterai, Hidrogen.
Dengan berbagai strategi hidrogen nasional yang dilakukan semua pihak, nyatanya Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan hidrogen hijau agar tak tertinggal dengan kompetisi global," kata Nandi Julyanto Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dalam sebuah seminar nasional yang diadakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (08/11)
“Pemanfaatan multi teknologi dari berbagai sumber energi yang berfokus pada reduksi emisi, menjadi suatu keniscayaan untuk mengejar target NZE demi masa depan hijau bagi seluruh generasi. Terutama di sektor transportasi yang digadang-gadang menjadi salah satu fokus utama dalam dekarbonisasi,” sambung Nandi.
Nandi menekankan bahwa hidrogen merupakan salah satu kunci bagi Indonesia untuk masuk sebagai ekosistem kendaraan berbahan bakar hidrogen.
Pemanfaatan hidrogen ini dianggap juga sejalan dengan misi dekarbonisasi sektor manufaktur yang ditargetkan Kementerian Perindustrian RI pada tahun 2050 atau sepuluh tahun lebih dini dari target yang dicanangkan.
Di sisi lain, Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya dan Mineral) telah menjalankan program Renewable Energy Based in Industrial Development (REBID) dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga air, tenaga surya, panas bumi, biomassa, dan hydrogen.
Bahkan khusus untuk sumber energi berupa hidrogen, sudah dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan seperti Pertamina, PLN, beberapa pabrik pupuk, dan Samator.
Mobil berbahan bakar hidrogen bukan hal yang baru bagi Toyota. Sejak 2014, pabrikan berlogo tiga oval ini sudah hadir dengan Mirai yang merupakan sebuah Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV).
Generasi kedua dari Mirai muncul pada 2019 dan bertahan di beberapa pasar hingga saat ini
Untuk Toyota sendiri, hidrogen sebenarnya sudah sejak tahun 2014 melalui Toyota Motor Corporation (TMC) memiliki model berbahan bakar hidrogen dengan Toyota Mirai.
Toyota Mirai merupakan kendaraan berbasis Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) yang tidak lagi mengandalkan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Toyota Mirai yang didesain sebagai mobil berteknologi motor listrik dan berbahan bakar hidrogen hingga saat ini sudah hadir dengan generasi ke-2 yang diluncurkan pada tahun 2021 silam.
Tak hanya itu, Toyota tengah gencar mengembangkan mesin pembakaran internal (Hydrogen Internal Combustion Engine/HICEV) dengan hidrogen sebagai asupannya.(SS)