Berita akan hilangnya opsi mesin diesel pada generasi mendatang yakni Toyota Innova Zenix, bagi sebagian orang merupakan kehilangan besar. Walaupun tersiar kabar bahwa eksistensi Innova Diesel masih akan dilanjutkan, namun tetap memboyong konsep lama yakni MPV bersasis tangga. Lebih jauh lagi, versi diesel ini hanya akan tersedia untuk keperluan fleet.
Bagi Kijang, mesin diesel memang relatif muda, namun sejak kehadirannya penenggak solar ini punya segudang cerita indah dan bahkan dianggap lebih favorit dibanding versi bensinnya.
Eksistensi mesin diesel di keluarga Kijang dimulai sejak era Kijang Kapsul yang diperkenalkan pada Februari 1997 silam. Kala itu kehadirannya ditempatkan untuk memukul Isuzu Panther.
Saat itu Kijang mengandalkan mesin 2L 2.446 cc yang mampu melecut daya 86 hp/4.200 rpm dan torsi 165Nm/2.400 rpm. Bukan kinerja yang cukup menggemparkan dalam hal performance, namun cukup mengesankan dalam hal keiritan bahan bakar.
Walau demikian kinerja mesin 2L ini ternyata mampu mencetak daya lebih besar dibandingkan dengan mesin 7K yang hanya mencetak daya 83hp/4.600 rpm dan torsi 147 Nm/3.200 rpm.
Dengan kinerja tersebut, sang Kijang diesel pun mampu membetot perhatian khalayak dan mampu mengguncang pasar MPV diesel pada masanya.
“Kijang kapsul diesel cukup signifikan, walaupun saat itu masih harus berjuang menepis stikma mesin diesel sebagai mesin yang kurang bergengsi,” ungkap Tito Gunawan, salah satu penggemar Kijang yang menyimpan beberapa Kijang Kapsul Diesel di garasinya.
“Mobil ini enak untuk stop and go, tapi akan kalah dengan versi bensin untuk kecepatan tinggi,” tambahnya.
Era Innova Gen I (2004-2015)
Beralih pada masa Kijang Innova generasi pertama yang hadir ada 2004. Versi diesel sepenuhnya menggunakan mesin baru yakni 2KD-FTV dengan kubikasi 2.494 cc yang dijejali dengan turbo dan sudah mengusung teknologi commonrail.
Mesin ini mampu mengail daya 101 hp/3.400 rpm dan torsi 260 Nm/1.600-2.400 rpm yang menjadikannya sebagai MPV pertama di Indonesia yang menggunakan mesin diesel berteknologi commonrail.
Hanya saja pada saat itu kiprah awal Innova diesel agak tersendat karena kondisi bahan bakar yang tersedia di Indonesia tidak sepenuhnya mendukung kinerja mesin dengan teknologi baru tersebut.
Selain itu ada beberapa masalah teknikal yang membuat kinerja mesin dieselnya tidak optimal. “Tarikannya lemot tidak optimal dan selain itu solarnya pun boros,” tutur Sigit Yudantara, salah satu eks pengguna Kijang Innova diesel bertransmisi manual generasi awal. “Karena hal itulah dari Innova Diesel generasi awal kurang diminati dan barang bekasnya pun tergolong langka,” tambah pedagang mobil bekas yang bershowroom di seputaran Pondok Bambu, Jakarta Timur ini.
Mesin diesel Innova ini mendapatkan revisi pada 2007 (untuk Indonesia) sekaligus menerapkan standar emisi Euro II. Beberapa sumber menyebutkan bahwa terdapat pembaharuan teknis pada sistem commonrail yang mereka sebut sebagai generasi ketiga dari sistem commonrail yang ada.
Alhasil mesin ini pun mampu bekerja lebih ideal dibandingkan sebelumnya, kendati untuk performanya nyaris sama. Tetapi dari segi konsumsi bahan bakar membaik secara signifikan dan juga jadi lebih responsif.
Pada titik inilah Innova Diesel kembali mendapatkan perhatian dari market lndonesia. Bahkan harga unit bekasnya berada jauh di atas versi bensin.
Era Innova Gen II (2015-Sekarang)
Generasi II Kijang Innova berkiprah dengan mengandalkan mesin turbo diesel baru yakni 2GD-FTV berkapasitas 2.393 cc. Mesin baru ini mampu menyemburkan daya 147hp/3.400 rpm dan torsi 360Nm/1.200-1.600 rpm.
Di sinilah Innova Diesel seolah mendapatkan posisi puncaknya sebagai raja MPV Indonesia. Kinerja mesin yang cukup memuaskan dan durabilitas yang cukup mumpuni menjadi tiket emas bagi Innova untuk memegang mahkota MPV paling favorit di Indonesia.
Walau demikian, perjalanan tak selalu mulus. Pada awal produksi, Innova dan Fortuner mendapatkan girboks matik 6 speed baru dan beberapa produksi awal terdapat masalah teknis pada girboks tersebut.
Layaknya mobil modern, Gen II ini dijejali dengan berbagai fitur seperti 6 SRS Airbag, Adjustable Seatbelt, Hill Start Assist, Vehicle Stability Assist, dan ABS.
Sedangkan untuk fitur kenyamanan hadir fitur Keyless Entry, Start/Stop Engine Button, Multi Information Display, Audio Steering Switch, 8 Inchi 2DIN, Navigasi, HDMI, dan masih banyak lainnya.
“Mobil yang satu ini terlebih yang diesel dan transmisi matik selalu jadi incaran pembeli dan unitnya cepat laku,” tutur Sofiansyah dari Erbama Motor di bilangan Jakarta Selatan. “Orang-orang mencari mobil ini karena performanya yang enak dan nyaman. Bahkan sampai sekarang saat harga solar melambung, tetap jadi primadona,” imbuhnya.
Seperti Innova Gen 1, model yang mulai berkiprah sejak 2015 ini dalam kondisi bekas varian dieselnya pun punya banderol yang jauh melebihi versi bensinnya.